Pengertian Takwa, Dalil, Ciri-ciri, dan Contohnya dalam Kehidupan

Pengertian dan Contoh Takwa dalam Hidup

Pernahkah Anda mendengar istilah takwa? Sebagai seorang muslim, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah takwa. Setiap kita melaksanakan ibadah jumat, pasti kita akan mendapati sang khotib selalu menyampaikan wasiat takwa kepada para jamaahnya sebelum menyampaikan isi khutbahnya.

Namun, sudahkah kita mengetahui apa itu takwa? Apakah takwa itu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim? Adakah dalil tentang takwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits? Bagaimana contoh pengamalan takwa dalam kehidupan sehari-hari?

Nah, pada postingan artikel kali ini, kita akan mempelajari bersama apa pengertian takwa dan dalilnya beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa yang akan kita pelajari pada postingan artikel kali ini :

DAFTAR ISI

A. Pengertian Takwa Secara Bahasa

Apa itu takwa secara bahasa? Takwa (arab : التَّقْوَى) secara bahasa diambil dari kata al-ittiqo’ (الاتقاء) yang artinya adalah ia membuat penghalang antara diri dengan apa yang dibenci. Takwa adalah isim yang berasal dari kata ittaqoo (اتقى) yang berarti takut, menjauh, dan berhati-hati. Adapun isim mashdar dari kata tersebut adalah adalah al-ittiqoo’ (الاتقاء).

B. Pengertian Takwa Menurut Para Ulama

Para ulama telah membuat beberapa pengertian takwa secara istilah. Berikut beberapa pendapat para ulama mengenai pengertian takwa secara istilah dalam agama Islam :

Menurut Ibnu Taimiyyah

فالتقوى ‌فعل ‌ما ‌أمر الله به وترك ما نهى الله عنه

Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.


[Majmu’ Fatawa : 3/120]

Menurut Ibnul Qoyyim

وأما التقوى فحقيقتها ‌العمل ‌بطاعة ‌الله إيماناً واحتساباً، أمراً ونهياً، فيفعل ما أمر الله به إيمانا بالأمر وتصديقا بوعده، ويترك ما نهى الله عنه إيماناً بالنهي وخوفاً من وعيده

Takwa adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah karena iman dan mengharapkan pahala, baik berupa perintah maupun larangan. Sehingga yang dimaksud dengan takwa ialah mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah karena beriman kepada yang memerintahkannya serta meyakini janji-Nya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah karena beriman kepada yang melarangnya serta takut dengan ancaman-Nya.


[Zadul Muhajir hlm. 13]

Menurut Ibnu Katsir

والتقوى: ‌اسم ‌جامع لفعل الطاعات وترك المنكرات

Takwa adalah setiap hal berupa perbuatan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran.


[Tafsir Ibnu Katsir : QS. Al-Baqarah ayat 180]

Menurut Ibnu Rojab

وأصل ‌التقوى أَن يجعل العبد بينه وبين ما يخافه ويحذره وقاية تقيه منه: فتقوى العبد لربه أَن يجعل بينه وبين ما يخشاه من ربه من غضبه وسخطه وعقابه - وقاية تقيه من ذلك، وهو فعل طاعته واجتناب معاصيه

Takwa adalah ketika seorang hamba melindungi dirinya dari sesuatu yang ia takutkan dan ia waspadai karena ada sesuatu yang ia takuti darinya. Takwa seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia melindungi dirinya dari apa yang ia takuti dari Tuhannya baik itu berupa kemarahan, murka, maupun hukuman karena ia takut pada itu semua, yaitu dengan mentaati-Nya dan tidak membangkang pada-Nya.


[Jami’ul Ulum wal-Hikam : 2/468]

Menurut Ubay bin Ka’ab

وَسَأَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رضي الله عنه أُبَيًّا عَنِ التَّقْوَى، فَقَالَ: ‌هَلْ ‌أَخَذْتَ طَرِيقًا ذَا شَوْكٍ؟ قال: نعم، قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهِ؟ قَالَ: تَشَمَّرْتُ وَحَذِرْتُ، قَالَ: فَذَاكَ التَّقْوَى.

Umar bin Khatab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang apa itu takwa? Ubay menjawab : “Pernahkah suatu hari kamu melewati jalan yang penuh duri?” Maka Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya : “Apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab : “Aku berjalan dengan waspada dan berhati-hati.” Ubay berkata : “Maka seperti itulah takwa.”


[Tafsir Al-Qurthubi : 1/121]

C. Pengertian Takwa dalam Konteks Ayat Al-Quran

Di dalam Al-Quran, takwa memiliki beberapa pengertian dan makna tergantung konteks yang sedang dibicarakan. Berikut beberapa pengertian takwa dalam Al-Quran :

Pertama, takwa adalah takut dan segan, disebutkan di dalam Al-Quran :

أُحِلَّ لَكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡبَحۡرِ وَطَعَامُهُۥ مَتَٰعٗا لَّكُمۡ وَلِلسَّيَّارَةِۖ وَحُرِّمَ عَلَيۡكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡبَرِّ مَا دُمۡتُمۡ حُرُمٗاۗ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِيٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٩٦

Dihalalkan bagi kamu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal dari) laut sebagai kesenangan bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan buruan darat selama kamu dalam keadaan ihram. Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.


[QS. Al-Maidah ayat 96]

Kedua, takwa adalah ketaatan dan ibadah, disebutkan di dalam Al-Quran :

إِن تَمۡسَسۡكُمۡ حَسَنَةٞ تَسُؤۡهُمۡ وَإِن تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٞ يَفۡرَحُواْ بِهَاۖ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔاۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ ١٢٠

Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati. Adapun jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan.


[QS. Ali Imron ayat 120]

Ketiga, takwa adalah membersihkan diri dari dosa, disebutkan di dalam Al-Quran :

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٥٢

Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.


[QS. An-Nuur ayat 52]

D. Dalil-dalil Tentang Takwa dalam Al-Quran dan Al-Hadits

1. Kewajiban Takwa Kepada Allah

Takwa adalah kewajiban yang paling wajib di antara kewajiban-kewajiban yang lainnya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran di mana Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ وَلَقَدۡ وَصَّيۡنَا ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلِكُمۡ وَإِيَّاكُمۡ أَنِ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ وَإِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدٗا ١٣١

Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, jika kamu kufur, maka sesungguhnya hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.


[QS. An-Nisa’ ayat 131]

Disebutkan pula dalil di dalam Al-Hadits bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ

Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada.


[HR. Tirmidzi no. 1987]

2. Kedudukan Takwa Kepada Allah

Takwa memiliki kedudukan yang sangat agung. Hal ini dibuktikan dari wasiat takwa yang selalu disampaikan oleh para Nabi dan juga orang-orang sholih. Berikut beberapa dalil tentang wasiat takwa yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul kepada kaumnya.

Wasiat Takwa Nabi Nuh :

إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ١٠٦

Ketika saudara mereka, Nuh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 106]

Wasiat Takwa Nabi Hud :

إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ ١٢٤

Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 124]

Wasiat Takwa Nabi Sholih :

إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ صَٰلِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ١٤٢

Ketika saudara mereka, Saleh, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 142]

Wasiat Takwa Nabi Luth :

إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ ١٦١

Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”


[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 161]

Wasiat Takwa Nabi Muhammad :

فَقَالَ الْعِرْبَاضُ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟ فَقَالَ «‌أُوصِيكُمْ ‌بِتَقْوَى ‌اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Al-Irbad berkata : Suatu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sholat bersama kami, kemudian beliau menghadap ke arah kami dan memberikan nasehat yang sangat menyentuh. Nasehat tersebut membuat air mata mengalir dan hati merasa takut. Lalu ada seseorang yang bertanya : “Wahai Rasulullah, nasehat ini seperti nasehat perpisahan, maka apa wasiat engkau untuk kami?” Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan patuh (kepada pemimpin) meskipun ia adalah seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka akan menjumpai banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnahnya para khulafaur-rosyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang teguhlah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”


[HR. Abu Dawud no. 4607]

3. Orang-orang Bertakwa Adalah Walinya Allah

Wali Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang beriman dan bertakwa. Wali Allah bukanlah orang yang bisa berjalan di atas lautan atau terbang di udara. Namun, wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran :

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٦٢ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ٦٣

Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.


[QS. Yunus ayat 62-63]

E. Ciri-ciri Orang Bertakwa Menurut Al-Quran

1. Beriman dengan Hal Ghaib

Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman dengan yang ghaib. Maksud dari beriman dengan yang ghaib adalah beriman kepada Allah serta beriman kepada semua hal ghaib yang disampaikan oleh Allah melalui kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya. Sebagaimana sebuah dalil yang disebutkan di dalam Al-Quran :

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,


[QS. Al-Baqoroh ayat 2-3]

2. Berakhlak Mulia

Orang yang di dalam hatinya terdapat ketakwaan maka akan memiliki akhlak yang mulia. Mereka adalah orang yang selalu berinfak, mampu mengendalikan amarah, dan sering memaafkan kesalahan orang lain. Berdasarkan dalilnya di dalam Al-Quran :

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤

(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.


[QS. Ali Imron ayat 134]

3. Tidak Melakukan Dosa Besar dan Dosa Kecil Terus-Menerus

Orang yang bertakwa adalah orang yang tidak melakukan dosa-dosa besar dan berbuat dosa-dosa kecil terus menerus. Apabila mereka terjatuh dalam dosa maka mereka segera ingat kepada Allah dan bertaubat. Difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Quran :

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٣٥

Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).


[QS. Ali Imron ayat 135]

4. Bersegera Mengingat Allah Ketika Ada Bisikan Untuk Berniat Jahat

Orang yang bertakwa adalah orang yang ketika mereka dibisikan untuk melakukan kejahatan maka ia akan bersegera mengingat Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan di dalam Al-Quran :

إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّهُمۡ طَٰٓئِفٞ مِّنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبۡصِرُونَ ٢٠١

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).


[QS. Al-A’raf ayat 201]

5. Haus dengan Kebenaran dan Kejujuran

Orang yang memiliki takwa di dalam hatinya maka ia adalah orang yang haus dengan kebenaran dan kejujuran di dalam setiap perkataan dan juga tindakannya. Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran bahwa Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ٣٣

Orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.


[QS. Az-Zumar ayat 33]

6. Mengagungkan Syi'ar-syi'ar Allah

Ciri lain yang menunjukan adanya takwa di dalam hati seseorang adalah bagaimana ia bersikap terhadap syiar-syiar Allah. Jika ia ta’dzim, mengagungkan, dan menghormati syiar-syiar Allah maka itu adalah pertanda adanya takwa di dalam hatinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ ٣٢

Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati.


[QS. Al-Hajj ayat 32]

7. Senantiasa Berbuat Adil

Orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa berbuat adil dan berhukum dengan adil. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.


[QS. Al-Maidah ayat 8]

8. Menempuh Jalannya Para Nabi

Orang yang bertakwa adalah orang yang menempuh jalannya para Nabi, orang-orang yang jujur dalam keimanannya, dan orang-orang yang berbuat baik dan mengajak kepada kebaikan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!


[QS. At-Taubah ayat 119]

F. Contoh-contoh Takwa dalam Kehidupan

Contoh penerapan takwa di dalam kehidupan sangatlah banyak dan luas cakupannya. Takwa mencakup segala jenis ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Berikut ini beberapa contoh takwa dalam kehidupan sehari-hari :

Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas adalah membersihkan niat ibadah dari tujuan kepada selain Allah. Orang yang bertakwa akan senantiasa menjadikan setiap ibadahnya kepada Allah adalah hanya mengharapkan wajah-Nya dan mencari ridho dari-Nya.

Mengamalkan Kewajiban

Orang yang bertakwa adalah orang yang melaksanakan kewajibannya, seperti : melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada tetangga, dan lain sebagainya.

Berakhlak Mulia

Akhlak mulia adalah wujud dari ketakwaan hati. Orang yang memiliki ketakwaan di dalam hatinya pasti akan memiliki ciri-ciri orang bertakwa seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran, contoh : suka berinfak, dermawan, jujur, amanah, mampu mengendalikan amarah, memaafkan sesama manusia, dan lain sebagainya.

Mentafakkuri Ayat-ayat Allah

Orang yang bertakwa meyakini bahwa makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka orang yang bertakwa akan senantiasa mentafakkuri ayat-ayat tersebut. Sehingga ia akan senantiasa menjadi orang yang menyadari keberadaan Allah di manapun ia berada dan selalu merasa diawasi oleh Allah.

Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah

Orang yang memiliki ketakwaan di dalam hatinya akan senantiasa berpegang teguh dengan sunnah dan tata cara ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Mereka senantiasa menjauhi perkara bidah atau ritual ibadah yang tidak ada di dalam agama Islam.

Contoh : melaksanakan sholat sebagaimana sholat yang diajarkan oleh Rasulullah, membayar zakat sebagaimana zakat yang diajarkan Rasulullah, menjalankan puasa sebagaimana puasa yang diajarkan oleh Rasulullah, dan lain sebagainya.

Meninggalkan yang Haram

Sesuatu yang haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala. Orang yang bertakwa tidak akan melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena mereka takut jika Allah murka kepadanya.

Orang yang bertakwa akan selalu menjauhi semua hal yang diharamkan, seperti : berbohong, menzalimi orang lain, mencaci, merendahkan orang lain, mendekati zina, meminum khamr, mencuri, melakukan riba, berjudi/maisir, dan lain sebagainya.

Menjauhi Syubhat

Syubhat adalah perkara yang masih samar antara halal dan haram. Orang yang bertakwa tidak akan mendekati perkara yang syubhat karena mereka takut jatuh ke dalam perkara yang diharamkan.

G. Penutup

Tentunya masih banyak lagi dalil-dalil dan juga contoh-contoh amalan takwa dalam kehidupan sehari-hari yang belum penulis paparkan. Namun, karena keterbatasan banyak hal dari penulis, maka penulis cukupkan terlebih dahulu pembahasan mengenai pengertian takwa dan dalilnya beserta contohnya.

Insya Allah dengan kita banyak mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam maka akan semakin menambah ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata‘ala. Mari kita berdoa, semoga Allah menjadikan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang bertakwa. Demikianlah artikel tentang pengertian takwa dan dalilnya beserta contohnya, semoga bermanfaat. Amiin.

Refrensi

  • Silsilah Al-A’malul Qulub oleh Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid

Related Posts :