Pernahkah Anda mendengar istilah itsar? Itsar adalah salah satu akhlak mulia yang ada di dalam ajaran Islam. Sayangnya, banyak di antara kaum muslimin yang belum mengetahui konsep itsar dalam Islam. Padahal, itsar adalah akhlak mulia yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan mempelajari bersama apa itu itsar dalam Islam, dalil-dalil tentang itsar baik dari Al-Quran maupun As-Sunnah, serta macam-macam itsar dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI |
A. Pengertian Itsar Secara Bahasa dan Istilah
Apa arti dari kata itsar? Secara bahasa, itsar (arab : الإيثار) artinya adalah mendahulukan, mengutamakan, dan mengkhususkan. Adapun secara istilah, menurut Al-Jurjani adalah :
الإيثار: أن يقدم غيره على نفسه في النفع له والدفع عنه، وهو النهاية في الأخوة
itsar itu adalah tindakan mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri demi memberikan manfaat kepadanya dan mencegah bahaya darinya, dan perbuatan ini merupakan puncak dari persaudaraan.
[At-Ta’rifat hlm. 40]
Adapun menurut Ibnu Miskawaih beliau mengatakan :
وأما الإيثار فهو فضيلة للنفس بها يكف الإنسان عن بعض حاجاته التي تخصه حتى يبذله لمن يستحقه
itsar adalah kebajikan jiwa yang membuat seseorang menahan diri dari sebagian kebutuhannya demi memberikan kepada mereka yang lebih membutuhkannya.
[Tadzhibul-Akhlak wa Tathirul-A’raq hlm. 31]
Ibnu Al-‘Arobi juga mendefinisikan bahwa itsar adalah sebagai berikut :
الإيثارُ هو تقديمُ الغيرِ على النَّفسِ في حُظوظِها الدُّنيويَّةِ؛ رَغبةً في الحُظوظِ الدِّينيَّةِ
itsar artinya mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri dalam perkara bagian duniawi karena menginginkan bagian di akhirat.
[Ahkamul-Quran : 4/220]
itsar berbeda dengan kerelaan (السخاء) dan kedermawanan (الجود). Kedudukan itsar lebih tinggi dari pada kerelaan dan kedermawanan. Oleh karena itu, terdapat tiga tingkatan :
- Jika pemberian tidak membuatnya kekurangan dan tidak menyulitkannya maka ini disebut kerelaan (السخاء).
- Jika pemberian lebih banyak dan ia hanya menyisakan sedikit atau sama dengan apa yang diberikan maka ini disebut kedermawanan (الجود).
- Jika ia mendahulukan sesuatu kepada orang lain sementara ia sangat butuh dengan sesuatu itu maka inilah yang disebut dengan itsar (الإيثار).
B. Dalil-dalil Tentang Itsar dalam Islam
Ada banyak sekali dalil-dalil tentang itsar baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Berikut beberapa dalil tentang anjuran berbuat itsar serta keutamaannya baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah :
1. Dalil Tentang Itsar dalam Al-Quran
Allah subhanahu wata’ala memuji perbuatan itsar yang dilakukan oleh kaum Anshar kepada kaum Muhajirin. Bahkan Allah menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang sukses di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung.
[QS. Al-Hasyr ayat 9]
Allah subhanahu wata’ala juga menerangkan bahwa seseorang belum dikatakan mencapai puncak kebajikan sebelum menginfakkan harta yang sangat ia cintai. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ٩٢
Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.
[QS. Ali Imron ayat 92]
Kemudian, Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa di antara ciri penghuni surga yang di dalamnya terdapat mata air yang memancar adalah mereka yang memberi makan yang disukai (dalam kondisi butuh) kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan tanpa mengharapkan imbalan atau terima kasih. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
عَيۡنٗا يَشۡرَبُ بِهَا عِبَادُ ٱللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفۡجِيرٗا ٦ يُوفُونَ بِٱلنَّذۡرِ وَيَخَافُونَ يَوۡمٗا كَانَ شَرُّهُۥ مُسۡتَطِيرٗا ٧ وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ٩
(yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan dapat mereka pancarkan dengan mudah. Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu.
[QS. Al-Insan ayat 6-9]
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala juga akan membalas orang-orang yang berbuat itsar dengan surga dan pakaian sutra yang indah atas kesabaran mereka menahan penderitaan yang ditimbulkan dari perbuatan itsar. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُواْ جَنَّةٗ وَحَرِيرٗا ١٢ مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِۖ لَا يَرَوۡنَ فِيهَا شَمۡسٗا وَلَا زَمۡهَرِيرٗا ١٣
Dia memberikan balasan kepada mereka atas kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra. Di dalamnya mereka duduk bersandar di atas dipan. Di sana mereka tidak merasakan terik matahari dan dingin yang menusuk.
[QS. Al-Insan ayat 12-13]
2. Dalil Tentang Itsar dalam As-Sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memuji perbuatan kaum Al-Asy’ariy karena budaya itsar yang mereka lakukan. Bahkan, Rasulullah menganggap diri beliau adalah golongan mereka dan mereka adalah golongan beliau. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ الْأَشْعَرِيِّينَ إِذَا أَرْمَلُوا فِي الْغَزْوِ، أَوْ قَلَّ طَعَامُ عِيَالِهِمْ بِالْمَدِينَةِ، جَمَعُوا مَا كَانَ عِنْدَهُمْ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ اقْتَسَمُوهُ بَيْنَهُمْ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ بِالسَّوِيَّةِ، فَهُمْ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ
Sesungguhnya orang-orang Al-Asy’ariy ketika perbekalan mereka habis dalam peperangan atau makanan untuk keluarga mereka tinggal sedikit di Madinah, maka mereka mengumpulkan makanan tersisa yang mereka punya di dalam satu kain. Kemudian, mereka membagikan makanan tersebut di antara mereka dalam satu wadah sama rata. Mereka itu adalah golonganku dan aku adalah golongan mereka.
[HR. Bukhari no. 2486]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan agar ketika terjadi masa-masa sulit dan kelaparan maka hendaknya saling berbagi satu sama lain. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
طَعَامُ الاِثْنَيْنِ كَافِي الثَّلَاثَةِ، وَطَعَامُ الثَّلَاثَةِ كَافِي الْأَرْبَعَةِ
Makanan dua porsi cukup untuk tiga orang, makanan tiga porsi cukup untuk empat orang.
[HR. Bukhari no. 5392]
Disebutkan juga dalam hadits yang lain bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثٍ، وَإِنْ أَرْبَعٌ فَخَامِسٌ، أَوْ سَادِسٌ
Barang siapa yang memiliki makanan untuk dua orang maka ajaklah orang ketiga, barang siapa yang memiliki makanan untuk empat orang maka ajaklah orang ke lima atau keenam.
[HR. Bukhari no. 602]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa seseorang bisa dimasukkan ke dalam surga atau dibebaskan dari api neraka sebab berbuat itsar. Dikisahkan dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau menceritakan :
جَاءَتْنِي مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلَاثَ تَمَرَاتٍ، فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً، وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا، فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِي كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأَعْجَبَنِي شَأْنُهَا، فَذَكَرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ، أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
Telah datang kepadaku seorang wanita miskin yang membawa kedua anak perempuannya. Lalu, aku memberinya makanan dengan tiga butir kurma. Lalu, ia memberikan masing-masing anaknya satu butir kurma. Ketika ia mengangkat tangannya untuk memakan kurma itu ke dalam mulutnya maka kedua anak tersebut memintanya kembali. Lalu, ia membelah satu butir kurma yang hendak ia makan itu menjadi dua. Aku pun kagum dengan perbuatannya. Lalu, aku menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan wanita itu masuk surga karena perbuatannya, atau Allah telah membebaskannya dari api neraka karena perbuatannya.”
[HR. Muslim 2630]
Dalam suatu perjalanan perang, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk berbuat itsar sebab kondisi perang adalah kondisi yang menyulitkan dan merupakan kepentingan bersama sehingga harus mengesampingkan ego. Diriwayatkan juga dari Jabir bin Abdullah radhiyallaahu ‘anhu beliau menceritakan :
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، أَنَّهُ أَرَادَ أَنْ يَغْزُوَ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ، إِنَّ مِنْ إِخْوَانِكُمْ قَوْمًا لَيْسَ لَهُمْ مَالٌ وَلَا عَشِيرَةٌ، فَلْيَضُمَّ أَحَدُكُمْ إِلَيْهِ الرَّجُلَيْنِ أَوِ الثَّلَاثَةِ، فَمَا لِأَحَدِنَا مِنْ ظَهْرٍ يَحْمِلُهُ إِلَّا عُقْبَةٌ كَعُقْبَةِ، يَعْنِي أَحَدِهِمْ، قَالَ: فَضَمَمْتُ إِلَيَّ اثْنَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً، قَالَ: مَا لِي إِلَّا عُقْبَةٌ كَعُقْبَةِ أَحَدِهِمْ مِنْ جَمَلِي
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika hendak berperang beliau bersabda : “Wahai kaum Muhajirin dan Asnhar, sesungguhnya di antara saudara-saudara kalian terdapat orang-orang yang tidak memiliki harta dan keluarga, maka hendaklah salah seorang di antara kalian menggabungkan dua atau tiga orang kepadanya.” Lalu, tidaklah salah seorang di antara kami yang membawa tunggangan melainkan digunakan secara bergiliran. Aku juga menggabungkan dua atau tiga orang kepadaku dan aku tidak memiliki unta kecuali digunakan secara bergiliran sebagaimana salah seorang dari mereka yang juga bergiliran.
[HR. Abu Dawud no. 2534]
itsar adalah perbuatan yang sangat berat. Tak heran jika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa sedekah dalam keadaan sehat dan pelit serta takut miskin dan ingin kaya adalah sedekah yang paling besar pahalanya. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu beliau menceritakan :
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ: أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ، قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
Datang seorang laki-laki menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan bertanya : “Wahai Rasulullah, manakah sedekah yang paling besar pahalanya?” Beliau menjawab : “Yaitu engkau sedekah ketika dalam keadaan sehat dan pelit, serta engkau takut miskin dan menginginkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu sudah sampai di kerongkongan, kamu baru berkata : (seharusnya waktu itu) untuk si Fulan (kuberikan) sekian, dan untuk si Fulan (kuberikan) sekian, dan (seharusnya waktu itu) harta itu sudah (menjadi) milik si Fulan.”
[HR. Bukhari no. 1419]
Dalam suatu perjalanan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah mencontohkan perbuatan itsar dikala beliau dan para sahabat kehausan karena cuaca yang sangat terik. Beliau menuangkan air dari bejana ke dalam wadah dan menugaskan Abu Qatadah untuk membagikannya kepada para sahabat. Ketika selesai membagikan air, tersisalah Abu Qatadah dan Rasulullah yang belum minum. Lalu, beliau menuangkan air dan mempersilahkan Abu Qatadah untuk meminumnya. Namun, Abu Qatadah menolak untuk minum sebelum Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meminumnya. Maka dari itu, ia pun mempersilahkan Rasulullah untuk meminumnya terlebih dahulu. Akan tetapi, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam justru menolaknya seraya bersabda :
إِنَّ سَاقِيَ الْقَوْمِ آخِرُهُمْ شُرْبًا
Sesungguhnya orang yang menghidangkan minuman untuk suatu kaum maka ia yang terakhir minum.
[HR. Muslim no. 681]
C. Macam-macam Itsar dan Contohnya dalam Kehidupan
Berikut ini beberapa macam dan jenis itsar yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari :
1. Itsar dengan Harta
Di antara contoh itsar dengan harta ialah :
- Menginfakkan harta kepada orang yang sangat membutuhkannya padahal ia sendiri juga membutuhkannya.
- Menyisihkan harta demi kebaikan bersama dibandingkan kebaikan sendiri.
- Menyumbangkan sebagian harta untuk korban bencana meskipun dirinya juga membutuhkan harta tersebut.
- Mengorbankan sebagian tabungan harta untuk membiayai saudara yang sedang sakit padahal ia sudah mengumpulkan tabungan tersebut untuk membeli barang tertentu.
2. Itsar dengan Makanan dan Minuman
Di antara contoh itsar dengan makanan dan minuman ialah :
- Menyumbangkan makanan dan minuman saat terjadi paceklik atau kekeringan demi kebaikan bersama.
- Membagikan makanan dan minuman kepada fakir miskin meskipun sedang dalam keadaan lapar dan haus.
- Mengajak orang kelaparan untuk makan bersama meskipun porsinya hanya cukup untuk sendiri sementara dirinya juga belum makan.
- Berbagi minuman kepada orang yang sedang kehausan meskipun dirinya juga sedang kehausan.
3. Itsar Demi Kemaslahatan Orang Lain
Di antara contoh itsar demi kemaslahatan orang lain ialah :
- Menolong orang yang mengalami kecelakaan di jalan padahal ia juga memiliki keperluan untuk dirinya pada saat itu.
- Membantu menyeberangkan orang yang buta padahal ia memiliki suatu keperluan pada saat itu.
- Menjadi sukarelawan untuk membantu korban bencana atau korban perang.
- Menjadi sukarelawan untuk membantu memajukan pendidikan di desa tertentu.
4. Itsar Demi Kenyamanan Orang Lain
Di antara contoh itsar demi kenyamanan orang lain ialah :
- Mempersilahkan orang yang tidak kebagian tempat duduk untuk menempati tempat duduknya.
- Meminjamkan jaket atau selimut yang ia kenakan kepada orang yang menggigil kedinginan.
- Menjadi orang yang terakhir menikmati hidangan makanan dan minuman ketika menjamu orang lain.
5. Itsar Kedua Orang Tua Kepada Anak-anaknya
Di antara contoh itsar kedua orang tua kepada anak-anaknya ialah :
- Seorang ibu yang menyusui atau merawat anak-anaknya di malam hari sementara ia juga butuh tidur dan beristirahat.
- Orang tua yang mendahulukan kebutuhan anak-anaknya padahal ia sendiri juga membutuhkannya.
- Orang tua yang berbagi makanan kepada anak-anaknya padahal makanan tersebut hanya cukup untuk satu orang dan ia juga membutuhkan makanan tersebut.
6. Itsar yang Tidak Diperbolehkan
Tidak semua itsar itu diperbolehkan. Ada beberapa hal dan kondisi tertentu yang membuat perbuatan itsar menjadi tidak diperbolehkan, di antaranya :
- itsar yang membuatnya menjadi menyia-nyiakan waktu. Contoh : sibuk membantu orang lain sampai lupa waktu terhadap kewajiban bagi dirinya.
- itsar yang mencelakai dirinya sendiri. Contoh : menyumbangkan seluruh aset yang dimiliki untuk membantu orang lain tanpa menyisakan untuk diri dan keluarganya.
- itsar yang dapat mencederai agamanya. Contoh : mempersilahkan orang lain untuk mengerjakan kewajiban agama sementara ia tidak mengerjakannya.
- itsar yang menghalangi dirinya dari kebaikan. Contoh : mempersilahkan orang lain untuk menempati shaf depan dalam shalat sementara ia sudah lebih dahulu menempati shaf tersebut.
Ibnul-Qoyyim mengatakan : “Sesungguhnya itsar yang terpuji yang pelakunya disanjung oleh Allah adalah itsar dalam urusan dunia, bukan dengan waktu, agama, atau sesuatu yang membuat baiknya hati. Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya) : Mereka mengutamakan daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak.” [Thariqul-Hijrataini hlm. 298]
Oleh karena itu, hendaknya kita mengetahui mana yang perlu diprioritaskan sebelum berbuat itsar. Jangan sampai gara-gara terlampau semangat mendahulukan orang lain justru kita lupa dengan diri sendiri. Pertimbangkanlah maslahat dan mudharat bagi diri kita sebelum berbuat itsar. Jika dengan berbuat itsar justru membahayakan diri kita maka dahulukanlah diri sendiri. Namun, jika dengan berbuat itsar maka tidak membahayakan diri kita maka itulah itsar yang terpuji.
Demikianlah pembahasan mengenai itsar dalam Islam, pengertiannya, dalilnya, macam-macamnya, dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan itsar dalam kehidupan sehari-hari. Amiin.