Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4

Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4

Surat Al-Ikhlas adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Quran. Surat ini merupakan surat yang sering dibaca dalam shalat karena ayatnya sedikit dan pendek serta mudah dihafalkan. Selain itu, surat Al-Ikhlas juga memiliki keutamaan yaitu setara dengan sepertiga Al-Quran.

Meski begitu, banyak di antara kita yang belum memahami kandungan surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Padahal, jika kita memahami kandungan maknanya maka kita akan mendapati betapa dahsyatnya kandungan makna pada surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Oleh karena itu, pada artikel kali ini akan kita pelajari bersama kandungan makna surat Al-Ikhlas ayat 1-4 beserta hal-hal yang bisa diamalkan dari kandungan surat Al-Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.

A. Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. [1] Allah tempat meminta segala sesuatu. [2] Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan [3] serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” [4]


[QS. Al-Ikhlas Ayat 1-4]

B. Mengenal Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas (arab : سورة الإخلاص) adalah surat ke seratus dua belas dalam urutan mushaf Al-Quran. Al-Ikhlas secara bahasa artinya pemurnian. Surat ini dinamai Al-Ikhlas karena membahas tentang pemurnian tauhid hanya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Surat Al-Ikhlas terdiri dari empat ayat dan tergolong surat makkiyyah. Surat ini membahas tentang rukun-rukun akidah dan syariat Islam yang paling penting, yaitu mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala dan menyifati Allah dengan sifat-sifat yang sempurna dan menafikan adanya sekutu bagi-Nya.

Surat Al-Ikhlas diturunkan karena ada kaum musyrikin yang berkata kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Muhammad, jelaskan sifat dan nasab Tuhamu kepada kami!” Maka dari itu, Allah subhanahu wata’ala menurunkan surat Al-Ikhlas.

Di antara keutamaan surat Al-Ikhlas adalah merupakan surat yang sebanding dengan sepertiga Al-Quran.[1] Artinya, jika seseorang membaca surat Al-Ikhlas maka pahalanya sebanding dengan membaca sepertiga Al-Quran. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat sepertiga Al-Quran menjelaskan tentang tauhid dan taqdis[2] yang mana hal tersebut terangkum dalam surat Al-Ikhlas.

C. Kandungan Surat Al-Ikhlas

1. Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 1

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.


[QS. Al-Ikhlas Ayat 1]

Makna Ayat :

Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Nabi Muhammad : “Katakanlah kepada orang yang bertanya kepadamu tentang sifat dan nasab Tuhanmu : Dia adalah Allah Yang Maha Esa yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Maha Esa zat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya.”

Keterangan :
  • Esa zat-Nya berarti zat-Nya tidak berbilang dan tidak tersusun dari beberapa materi ataupun non-materi.
  • Esa sifat-Nya berarti tidak ada yang menyamai, menerupai atau menandingi sifat-sifat-Nya.
  • Esa perbuatan-Nya berarti ia berbuat atas kehendak-Nya sendiri, semua perbuatan-Nya Dia perbuat sendiri tanpa ada yang menyekutui-Nya, dan tidak ada yang mampu menyamai dan menandingi perbuatan-Nya.
  • Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak sama dengan segala sesuatu baik zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya karena segala sesuatu adalah makhluk-Nya sehingga tidak akan pernah sama dengan pencipta-Nya yang sempurna seluruh sifat-Nya dan perbuatan-Nya.
  • Ayat ini merupakan bantahan terhadap kaum tsanawiyyah[3] yang mengatakan adanya dua Tuhan, yaitu cahaya dan kegelapan.

2. Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 2

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢

Allah tempat meminta segala sesuatu.


[QS. Al-Ikhlas Ayat 2]

Makna Ayat :

“Allah adalah yang segala sesuatu meminta kepada-Nya, bergantung kepada-Nya, dan membutuhkan-Nya. Tiada satu pun makhluk yang tidak bergantung kepada-Nya dan membutuhkan-Nya, sedangkan Dia tidak bergantung dan tidak membutuhkan makhluk-Nya sama sekali.”

Keterangan :
  • Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang dituju oleh seluruh makhluk dalam memenuhi kebutuhan dan permintaan mereka.
  • Ayat ini menunjukkan akan kesempurnaan kekuasan-Nya, kemuliaan-Nya, kekayaan-Nya, keagungan-Nya, kelembutan-Nya, pengetahuan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya sehingga Dia Maha dibutuhkan makhluk-Nya dan Dia tidak membutuhkan makhluk-Nya.
  • Ayat ini merupakan bantahan terhadap keyakinan adanya pencipta selain Allah karena jika ada pencipta selain Allah maka ia berhak untuk dijadikan tempat bergantung dalam memenuhi segala kebutuhan dan permintaan ciptaannya.

3. Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 3

لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣

Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan


[QS. Al-Ikhlas Ayat 3]

Makna Ayat :

“Dia tidak beranak sehingga tidak ada anak yang lahir dari-Nya dan tidak ada yang sejenis dengan-Nya. Dia juga tidak diperanakkan atau dilahirkan karena Dia Maha Terdahulu, Dia Maha Awal, Dia Kekal, Dia tidak bermula dari sesuatu, Dia bukan sesuatu yang baru atau diciptakan, dan Dia bukan berasal dari ketiadaan lalu menjadi ada.”

Keterangan :
  • لَمۡ يَلِدۡ : “Dia tidak beranak” menunjukkan bahwa tidak ada yang sejenis dengan-Nya karena jika Ia beranak maka ada anak yang sejenis dengan-Nya. Dia tidak mungkin punya anak karena Ia tidak memiliki istri[4]. Maka dari itu, ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Yahudi yang meyakini Uzair sebagai putra Allah, orang Nasrani yang meyakini Nabi Isa sebagai putra Allah[5], dan orang-orang musyrik Arab yang meyakini malaikat sebagai putri-putri Allah[6]. Sesungguhnya mereka semua bukanlah anak Allah, tetapi mereka adalah hamba-hamba Allah dan akan datang menghadap Allah di akhirat kelak sebagai seorang hamba.[7]
  • وَلَمۡ يُولَدۡ : “Dia tidak diperanakkan” menunjukkan bahwa Ia bukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang diciptakan. Dia bukan berasal dari ketiadaan lalu menjadi ada. Dia bukan pula sesuatu yang berasal dari sesuatu yang lainnya sehingga menjadi ada.

4. Kandungan Surat Al-Ikhlas Ayat 4

وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤

serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”


[QS. Al-Ikhlas Ayat 4]

Makna Ayat :

“Dan tidak ada sesuatu yang setara, serupa, dan sebanding dengan-Nya baik itu zat, sifat, maupun perbuatan-Nya.”

Keterangan :
  • Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya baik zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya.
  • Ayat ini juga merupakan penafian terhadap adanya istri bagi Allah[8] karena jika Ia memiliki istri maka berarti ada yang serupa, setara, dan sebanding dengan zat-Nya dan sifat-Nya, padahal tidak ada yang setara, serupa, dan sebanding dengan zat-Nya dan sifat-Nya.
  • Ayat ini juga merupakan penafian terhadap adanya sekutu bagi Allah karena jika Ia memiliki sekutu maka berarti ada yang serupa, setara, dan sebandin dengan perbuatan-Nya, padahal tidak ada yang setara, serupa, dan sebanding dengan perbuatan-Nya.
  • Ayat ini merupakan bantahan terhadap kaum musyrikin yang menjadikan berhala-berhala sebagai tandingan dan sekutu bagi Allah.
  • Segala sesuatu adalah ciptaan-Nya dan makhluk-Nya. Maka dari itu, tidak mungkin mereka menyerupai, menyetarai dan menandingi Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan mereka semua.

D. Pengamalan dari Kandungan Surat Al-Ikhlas

  • Wajib bagi seorang muslim untuk mengenal nama-nama Allah subhanahu wata’ala dan juga sifat-sifat-Nya.
  • Wajib bagi seorang hamba untuk beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya karena Allah adalah Tuhan yang berhak disembah oleh makhluk-Nya.
  • Meyakini bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Esa dalam zat dan hakikat-Nya.
  • Meyakini bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Kaya dan Maha Mulia. Seluruh makhluk membutuhkan-Nya untuk memenuhi segala kebutuhan dan permintaan mereka. Sedangkan Allah tidak membutuhkan apapun.
  • Meyakini bahwa Allah itu tidak melahirkan seorang pun dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada sesuatupun yang sejenis dengan Allah subhanahu wata’ala.
  • Meyakini bahwa Allah itu tidak dilahirkan, Dia Maha Terdahulu, Dia Maha Awal dan tidak didahului dengan ketiadaan, dan Dia tidak ada yang melahirkan-Nya dan mendahului-Nya.
  • Meyakini bahwa Allah tidak memiliki tandingan dalam wujud-Nya dan tidak memiliki sekutu atapun istri.
  • Wajibnya mengingkari akidah-akidah sesat seperti tsanawiyyah yang meyakini adanya dua Tuhan, kaum Nasrani yang meyakini trinitas, kaum penyembah matahari dan bintang-bintang, kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah, dan kaum musyrikin yang mengatakan bahwa para malaikat adalah putri-putri Allah.

E. Referensi

  • Tafsir Ibnu Katsir oleh Imam Ibnu Katsir
  • Aisarut-Tafasir oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
  • Tafsir Al-Munir oleh Wahbah Az-Zuhaili
  • Tafsir Tahlili oleh Kemenag RI
  • https://dorar.net/

  • [1] HR. Bukhari no. 5013 dan 5015, HR. Muslim no. 812, HR. Ahmad no. 27495
  • [2] Penyucian Allah subhanahu wata’ala dari setiap kekurangan, yakni menafikan sifat-sifat tercela bagi Allah dan mengukuhkan sifat-sifat mulia bagi Allah.
  • [3] Salah satu sekte Majusi yang meyakini bahwa cahaya dan kegelapan adalah dua hal yang kekal dan qadim (tidak berawal), tidak seperti kaum Majusi yang mengatakan bahwa kegelapan itu huduts (berawal) dan mereka menjelaskan penyebab kemunculannya.
  • [4] QS. Al-An’am ayat 101
  • [5] QS. At-Taubah ayat 30
  • [6] QS. Al-Anbiya’ ayat 26-27
  • [7] QS. Maryam ayat 92-95
  • [8] QS. Al-An’am ayat 101

Related Posts :