Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad adalah salah satu kisah yang banyak dikisahkan dalam Al-Quran. Ada banyak surat dalam Al-Quran yang mengisahkan kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad yang ditimpa azab dengan angin kencang. Berikut ini merupakan kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad secara lengkap yang ada di dalam Al-Quran :
Nama Asli dan Nasab Nabi Hud
Hud ‘alaihissalam adalah seorang Nabi yang berasal dari kabilah ‘Ad bin ‘Aush bin Sam bin Nuh. Adapun nama asli dan nasab Nabi Hud terdapat tiga pendapat ahli sejarah yaitu :
- Hud bin Syalikh bin Arfakhasyadza bin Sam bin Nuh
- ‘Abir bin Syalikh bin Arfakhasyadza bin Sam bin Nuh
- Abdullah bin Rabah bin Al-Jarud bin ‘Aad bin ‘Aush bin Iram bin Sam bin Nuh
Disebutkan dalam kitab shahih Ibnu Hibban bahwa Nabi Hud merupakan salah satu Nabi yang termasuk dari bangsa Arab. Ada yang berpendapat bahwa Nabi Hud adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Ada pula yang berpendapat bahwa Nabi Nuh adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Ada pula yang berpendapat bahwa Nabi Adam adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Wallahu a’lam.
Siapakah Kaum ‘Ad Itu?
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Nabi Hud ‘alaihissalam adalah Nabi yang berasal dari kabilah ‘Ad. Kabilah ‘Ad adalah kaum yang tinggal di bukit-bukti pasir yang berada di Yaman antara Oman dan Hadramaut.
Kabilah ‘Ad adalah kaum dengan peradaban yang sangat maju di zamannya. Mereka memiliki negara yang kuat, daerah-daerah dan kota-kota yang teratur, serta bangunan-bangunan yang megah.
Ibu kota kerajaan mereka adalah kota Iram. Di kota tersebut mereka tinggal di bangunan-bangunan dengan tiang yang sangat tinggi dan besar. Di sekeliling kota ini terdapat benteng-benteng yang kuat untuk mempertahankan dari serangan musuh.
Disebutkan dalam Al-Quran :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ٦ إِرَمَ ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ ٧
Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
[QS. Al-Fajr ayat 6-7]
Kaum ‘Ad mempunyai kebiasaan yang buruk. Mereka suka sekali mendirikan bagunan di puncak-puncak bukit dan di setiap jalan hanya untuk memperlihatkan kehebatan, kemegahan, dan kekayaan. Sebagian mereka juga ada yang suka membangun istana dan benteng-benteng yang kokoh dengan maksud ingin hidup abadi di dunia.
Mereka juga dianugerahi tubuh yang tinggi, besar dan kuat. Watak mereka pun juga sesuai dengan tubuh mereka yang perkasa itu. Dengan kekuatan yang ada, mereka menyerang negeri-negeri lain hingga ke negeri Syam dan Irak. Jika mereka menyiksa musuh, mereka akan menyiksanya dengan kasar dan kejam tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.
Selain kemegahan dan kekuatan, Allah subhanahu wata’ala juga menganugerahkan hewan ternak yang dapat mereka manfaatkan. Mereka juga memiliki anak keturunan yang sangat banyak. Mereka berharap anak keturunan tersebut dapat menyambung generasi dan meneruskan cita-cita mereka.
Mereka juga dianugerai kebun-kebun yang indah. Kebun tersebut ditumbuhi tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman yang bermanfaat bagi mereka. Demikian pula air yang mengairi perkebunan mereka. Meskipun mereka tinggal di bukit-bukit pasir, mereka bisa membuat irigasi untuk mengairi perkebunan mereka atas pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.
Sayangnya, semua anugerah tersebut tidak membuat mereka bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka malah kufur kepada Allah dan menyembah berhala-berhala yang dikarang-karang oleh nenek moyang mereka. Mereka menamai berhala itu dengan nama Shadan, Shamud dan Hira. Oleh sebab itu, Allah mengutus Nabi Hud yang merupakan saudara satu kabilah mereka untuk mengajak mereka agar kembali menyembah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودٗاۚ
(Kami telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud.
[QS. Al-A’raf ayat 65]
Kisah Nabi Hud Mengajak Kaum ‘Ad Menyembah Allah
Nabi Hud ‘alaihissalam diutus oleh Allah untuk mengajak kaum ‘Ad agar menyembah hanya kepada Allah. Nabi Hud menjelaskan kepada mereka bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud berkata :
يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ ٦٥
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Tidakkah kamu bertakwa?”
[QS. Al-A’raf ayat 65]
Ungkapan “Tidakkah kamu bertakwa?” adalah ungkapan pertanyaan untuk mengingkari perbuatan kaum ‘Ad yaitu menyembah berhala. Nabi Hud mengungkapkan pertanyaan ini agar kaum ‘Ad berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah keliru dan membuat Allah murka. Jika mereka menggunakan akal pikiran mereka, seharusnya mereka bertakwa dan takut apabila Allah murka dan menurunkan azab-Nya.
Nabi Hud ‘alaihissalam melanjutkan :
يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۖ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا مُفۡتَرُونَ ٥٠
“Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada (dengan mempersekutukan Allah).
[QS. Hud ayat 50]
Yang dimaksud dengan mengada-ada adalah mengarang-ngarang dusta. Berhala-berhala tersebut merupakan karangan nenek moyang mereka yang tidak jelas asal-usulnya. Selain itu, keyakinan mereka bahwa berhala tersebut dapat mendatangkan manfaat dan mencegah marabahaya juga keyakinan yang mengarang-ngarang berdasarkan sangkaan belaka. Berhala tersebut tidak lain dan tidak bukan hanyalah benda mati yang tidak bisa berbuat apapun.
Kisah Nabi Hud Dituduh Sesat dan Pembohong Oleh Pemuka Kaum ‘Ad
Dakwah Nabi Hud kepada kaum ‘Ad membuat para pemuka dan tokoh kaum ‘Ad geram. Mereka tidak terima jika harus meninggalkan berhala-berhala yang selama ini mereka sembah. Oleh karena itu, mereka berusaha memengaruhi kaum ‘Ad untuk tidak mengikuti Nabi Hud dengan cara menuduhnya sebagai orang yang kurang akal alias sesat serta pembohong. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦٓ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِي سَفَاهَةٖ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٦٦
Para pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.”
[QS. Al-A’raf ayat 66]
Tuduhan ini tidak jauh beda dengan tuduhan yang dilemparkan kepada Nabi sebelumnya. Setiap kali ada Nabi yang berdakwah untuk menyembah Allah, mereka akan menuduhnya sesat dan berbohong karena bertentangan dengan keyakinan mereka.
Oleh karena itu, Nabi Hud tidak tinggal diam. Dengan penuh kesabaran, Nabi Hud berusaha menjelaskan kepada kaumnya bahwa dirinya adalah utusan Tuhan semesta alam yang diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالَ يَٰقَوۡمِ لَيۡسَ بِي سَفَاهَةٞ وَلَٰكِنِّي رَسُولٞ مِّن رَّبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦٧ أُبَلِّغُكُمۡ رِسَٰلَٰتِ رَبِّي وَأَنَا۠ لَكُمۡ نَاصِحٌ أَمِينٌ ٦٨ أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡۚ
Dia (Hud) berkata, “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan semesta alam.
Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap kamu adalah penasihat yang tepercaya.
Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepadamu tuntunan dari Tuhanmu atas seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi peringatan kepadamu?
[QS. Al-A’raf ayat 67-69]
Untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya benar-benar utusan Tuhan semesta alam, Nabi Hud ‘alaihissalam juga menjelaskan bahwa ia tidak meminta bayaran sepeserpun atas dakwah yang ia lakukan. Tujuannya adalah agar tidak menimbulkan persangkaan di dalam hati mereka bahwa Nabi Hud hanya memanfaatkan mereka agar mendapat keuntungan pribadi.
Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud berkata :
يَٰقَوۡمِ لَآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًاۖ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلَى ٱلَّذِي فَطَرَنِيٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٥١
“Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu imbalan (sedikit pun) atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari (Tuhan) yang telah menciptakanku. Apakah kamu tidak mengerti?
[QS. Hud ayat 51]
Dengan penjelasan yang begitu gamblang, seharusnya mereka mengerti bahwa Nabi Hud benar-benar utusan Tuhan semesta alam. Selain itu, seharusnya mereka juga mengerti bahwa Nabi Hud benar-benar ikhlas mengajak mereka pada jalan keselamatan. Buktinya, Nabi Hud tidak meminta upah kepada mereka sedikitpun. Apalagi Nabi Hud adalah saudara mereka. Tidak mungkin ia mengajak saudaranya sendiri menuju jalan kebinasaan.
Nabi Hud Menyampaikan Kabar Gembira dari Allah
Setelah menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah, Nabi Hud melanjutkan dakwahnya dengan membawa kabar gembira dari Tuhannya. Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud berkata :
وَيَٰقَوۡمِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا وَيَزِدۡكُمۡ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمۡ وَلَا تَتَوَلَّوۡاْ مُجۡرِمِينَ ٥٢
Wahai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya! Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.”
[QS. Hud ayat 52]
Kabar gembira ini merupakan motivasi dari Nabi Hud ‘alaihissalam kepada kaum ‘Ad agar mereka mau memohon ampun dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Bagi mereka, hujan adalah sesuatu yang sangat berharga karena mereka tinggal di bukit-bukit pasir yang membutuhkan hujan untuk mengairi tanam-tanaman dan perkebunan mereka. Selain hujan, kekuatan juga merupakan hal yang berharga bagi mereka. Dengan kekuatan itulah mereka membangun peradaban sehingga hidup mereka makmur dan sejahtera.
Oleh karena itu, Nabi Hud ‘alaihissalam mewanti-wanti kepada mereka agar jangan berpaling dari apa yang ia sampaikan. Jika mereka berpaling dan tetap pada kekufuran maka tentu bukan hujan rahmat dan kekuatan yang turun kepada mereka, tetapi azab yang mengerikan.
Kaum ‘Ad Enggan Mengikuti Perkataan Nabi Hud
Rupanya, kesombongan telah meliputi hati kaum ‘Ad. Bukannya beriman, mereka malah mengingkari perkataan Nabi Hud ‘alaihissalam. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالُواْ يَٰهُودُ مَا جِئۡتَنَا بِبَيِّنَةٖ وَمَا نَحۡنُ بِتَارِكِيٓ ءَالِهَتِنَا عَن قَوۡلِكَ وَمَا نَحۡنُ لَكَ بِمُؤۡمِنِينَ ٥٣ إِن نَّقُولُ إِلَّا ٱعۡتَرَىٰكَ بَعۡضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوٓءٖۗ
Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami dan kami tidak akan (pernah) meninggalkan sembahan kami karena perkataanmu serta kami tidak akan (pernah) percaya kepadamu. Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.”
[QS. Hud ayat 53-54]
Bukti nyata yang mereka maksud adalah mukjizat. Mereka baru percaya kepada Nabi Hud jika mampu membuktikan kerasulannya dengan mendatangkan mukjizat. Padahal, jika mereka menggunakan akal mereka, seharusnya mereka sadar bahwa mereka lebih tidak memiliki bukti apapun atas keyakinan mereka. Kesombongan yang meliputi hati mereka telah membuat mereka enggan meninggalkan berhala-berhala tersebut.
Anehnya, mereka juga mengira bahwa berhala-berhala tersebut murka kepada Nabi Hud ‘alaihissalam. Mereka mengira bahwa berhala tersebut menimpakan penyakit gila kepada Nabi Hud ‘alaihissalam. Padahal, telah jelas dan nyata bahwa berhala-berhala itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun.
Kisah Nabi Hud Menantang Kaum ‘Ad
Anggapan penyakit gila yang menimpa Nabi Hud adalah anggapan yang tidak berdasar. Telah jelas bahwa berhala-berhala yang mereka sembah tidak dapat berbuat apapun karena berhala itu hanyalah benda mati. Jangankan menimpakan penyakit, mencegah dirinya dari bahaya saja mereka tidak bisa. Oleh karena itu, dengan penuh keberanian tanpa rasa takut sedikitpun, Nabi Hud menantang kaumnya untuk membuktikan apakah mereka dan berhala yang mereka sembah benar-benar bisa mencelakai dirinya. Disebutkan dalam Al-Quran :
قَالَ إِنِّيٓ أُشۡهِدُ ٱللَّهَ وَٱشۡهَدُوٓاْ أَنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ٥٤ مِن دُونِهِۦۖ فَكِيدُونِي جَمِيعٗا ثُمَّ لَا تُنظِرُونِ ٥٥ إِنِّي تَوَكَّلۡتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذُۢ بِنَاصِيَتِهَآۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٥٦ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُم مَّآ أُرۡسِلۡتُ بِهِۦٓ إِلَيۡكُمۡۚ وَيَسۡتَخۡلِفُ رَبِّي قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ وَلَا تَضُرُّونَهُۥ شَيۡـًٔاۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَفِيظٞ ٥٧
Dia (Hud) menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan Allah (sebagai) saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan (tuhan-tuhan) selain Dia.
Oleh karena itu, lakukanlah semua tipu dayamu terhadapku dan janganlah kamu tunda-tunda lagi.
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk yang bergerak (di atas bumi) melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus (adil).
Maka, jika kamu berpaling, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu apa yang menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, sedangkan kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.”
[QS. Hud ayat 54-57]
Tangangan Nabi Hud kepada kaum ‘Ad bukan hanya sekedar tantangan biasa. Tantangan Nabi Hud kepada kaum ‘Ad adalah untuk membuktikan bahwa berhala yang mereka sembah tidak dapat melakukan apapun.
Nabi Hud bahkan tidak takut sedikitpun tatkala menantang kaumnya untuk mencelakai dirinya. Ia yakin bahwa Allah akan menolongnya dari upadaya mereka. Ia yakin bahwa setiap makhluk di atas muka bumi ini berada di bawah kendali Allah subhanahu wata’ala. Ia juga yakin bahwa Allah adalah benar di jalan yang lurus. Ia yakin bahwa Allah adalah hakim yang paling adil dan tidak pernah zalim dalam memutuskan setiap perkara. Oleh sebab itu, ia hanya perlu bertawakal kepada Allah Tuhan yang menciptakan dirinya dan juga kaum ‘Ad.
Nabi Hud juga menegaskan bahwa jika mereka tetap tidak mau beriman maka tugasnya sebagai utusan hanyalah menyampaikan. Ia tidak akan memaksa jika mereka tidak mau mengikutinya. Akan tetapi, Nabi Hud mewanti-wanti bahwa Tuhannya yaitu Allah bisa saja memusnahkan mereka dan menggantinya dengan kaum yang lainnya. Artinya, Allah tidak merugi sedikitpun jika mereka tetap kufur kepada-Nya. Allah itu Maha Kaya dan tidak membutuhkan makhluk-Nya. Justru makhluklah yang membutuhkan Allah subhanahu wata’ala.
Kisah Nabi Hud Mengingatkan Nikmat Allah Kepada Kaum ‘Ad
Pada kesempatan yang lain, Nabi Hud ‘alaihissalam sering kali mengingatkan mereka tentang nikmat Allah yang telah Allah anugrahkan kepada mereka berupa tubuh yang tinggi, besar, dan kuat, serta hewan ternak, anak-anak, kebun-kebun, dan juga mata air. Harapannya, mereka sadar bahwa kekuatan dan kesejahteraan yang selama ini mereka nikmati adalah anugrah dari Allah subhanahu wata’ala. Dengan begitu, seharusnya mereka bersyukur kepada Allah dengan menyembah hanya kepada-Nya dan tidak berbuat kekufuran.
Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud berkata :
وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ وَزَادَكُمۡ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٦٩
Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam penciptaan (berupa) tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
[QS. Al-A’raf ayat 69]
Selain itu, Nabi Hud ‘alaihissalam juga sering mengingatkan mereka agar menghentikan kebiasaan buruk mereka yang suka berbuat semena-mena dengan anugerah yang Allah berikan kepada mereka. Mereka sering kali menggunakan nikmat kekayaan mereka untuk membuat bangunan di bukit-bukit hanya untuk unjuk kehebatan dan kekayaan. Selain itu, mereka juga terperdaya dengan kehidupan dunia sehingga menggunakan kekayaan mereka untuk membuat benteng agar bisa hidup abadi. Demikian pula nikmat kekuatan yang Allah anugerahkan kepada mereka sering kali digunaan untuk menyiksa musuh secara kejam dan bengis. Nabi Hud mengatakan :
أَتَبۡنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ ءَايَةٗ تَعۡبَثُونَ ١٢٨ وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمۡ تَخۡلُدُونَ ١٢٩ وَإِذَا بَطَشۡتُم بَطَشۡتُمۡ جَبَّارِينَ ١٣٠ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ ١٣١
Apakah kamu mendirikan istana di setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati? Kamu (juga) membuat benteng-benteng dengan harapan hidup kekal? Apabila menyiksa, kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 128-130]
Kemudian, beliau juga mengingatkan mereka tentang nikmat-nikmat yang Allah anugrahkan kepada mereka berupa hewan ternak, anak-anak, kebun-kebun, dan mata air agar mereka bersyukur. Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud mengatakan :
وَٱتَّقُواْ ٱلَّذِيٓ أَمَدَّكُم بِمَا تَعۡلَمُونَ ١٣٢ أَمَدَّكُم بِأَنۡعَٰمٖ وَبَنِينَ ١٣٣ وَجَنَّٰتٖ وَعُيُونٍ ١٣٤
Bertakwalah kepada (Allah) yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia (Allah) telah menganugerahkan hewan ternak dan anak-anak kepadamu. (Dia juga menganugerahkan) kebun-kebun dan mata air.
[Asy-Syu’ara’ ayat 132-134]
Setelah itu, Nabi Hud ‘alaihissalam juga memperingatkan akan datangnya azab jika mereka tidak mau menyembah kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Hud berkata :
إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٖ ١٣٥
Sesungguhnya aku takut bahwa kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.
[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 135]
Kisah Kaum ‘Ad Meminta Segera Ditimpa Azab
Meskipun demikian, kaum ‘Ad tetap saja menolak ajakan Nabi Hud. Mereka lebih memilih menuruti perintah penguasa yang sewenang-wenang yang tidak mau mengikuti kebenaran meskipun sudah dibawakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang sangat meyakinkan. Hanya sedikit di antara mereka yang mau beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan mengikuti Nabi Hud. Dikisahkan dalam Al-Quran :
وَتِلۡكَ عَادٞۖ جَحَدُواْ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ وَعَصَوۡاْ رُسُلَهُۥ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَمۡرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٖ ٥٩
Itulah (kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan, mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi keras kepala.
[QS. Hud ayat 59]
Bagi mereka, menyembah berhala adalah agama warisan nenek moyang yang tidak boleh ditinggalkan. Sama saja apakah Nabi Hud memberi nasihat atau tidak, mereka tetap tidak akan meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Mereka juga tidak takut akan ancaman azab yang dijanjikan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam kepada mereka. Bahkan, mereka yakin bahwa azab tersebut tidak akan menimpa mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡنَآ أَوَعَظۡتَ أَمۡ لَمۡ تَكُن مِّنَ ٱلۡوَٰعِظِينَ ١٣٦ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا خُلُقُ ٱلۡأَوَّلِينَ١٣٧ وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ ١٣٨
Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat. (Agama kami) ini tidak lain adalah agama orang-orang terdahulu. Kami (sama sekali) tidak akan diazab.”
[QS. Asy-Syu’ara’ ayat 136-138]
Oleh karena mereka yakin bahwa azab tersebut tidak akan menimpa mereka, mereka meminta kepada Nabi Hud untuk segera mendatangkan azab tersebut. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا لِنَعۡبُدَ ٱللَّهَ وَحۡدَهُۥ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٧٠
Mereka berkata, “Apakah engkau (wahai Hud) datang kepada kami agar kami menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
[QS. Al-A’raf ayat 70]
Diterangkan dalam ayat yang lain :
قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا لِتَأۡفِكَنَا عَنۡ ءَالِهَتِنَا فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٢٢
Mereka menjawab, “Apakah engkau datang untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka, datangkanlah azab yang telah engkau janjikan kepada kami jika engkau termasuk orang-orang benar.”
[QS. Al-Ahqaf ayat 22]
Permintaan untuk menyegerakan turunnya azab adalah permintaan yang melampaui batas. Bagaimana tidak? Telah jelas bahwa azab Allah itu sangatlah pedih. Seharusnya mereka belajar dari peristiwa yang dialami oleh kaum Nabi Nuh yang Allah azab dengan banjir besar. Dahulu, mereka juga meminta kepada Nabi Nuh agar Allah menyegerakan azab-Nya. Tak lama kemudian, mereka benar-benar ditimpa azab yang mengerikan dengan ditenggelamkan tanpa sisa.
Jawaban Nabi Hud Mengenai Kapan Datangnya Azab
Nabi Hud adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya tanpa mengurangi ataupun menambahi. Ketika Allah mewahyukan Nabi Hud tentang datangnya azab kepada kaum ‘Ad, Allah tidak memberi tahu secara persis kapankah azab itu akan turun. Oleh karena itu, Nabi Hud menjawab :
قَالَ إِنَّمَا ٱلۡعِلۡمُ عِندَ ٱللَّهِ وَأُبَلِّغُكُم مَّآ أُرۡسِلۡتُ بِهِۦ وَلَٰكِنِّيٓ أَرَىٰكُمۡ قَوۡمٗا تَجۡهَلُونَ ٢٣
Dia (Hud) berkata, “Sesungguhnya ilmu (kapan datangnya azab itu) hanya ada pada Allah. Aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang diwahyukan kepadaku, tetapi aku melihat kamu adalah kaum yang berlaku bodoh.”
[QS. Al-Ahqaf ayat 23]
Janji Nabi Hud Tentang Kepastian Azab
Meskipun Nabi Hud tidak tahu persis kapanakan Allah mendatangkan azab, Nabi Hud ‘alaihissalam tetap menegaskan bahwa mereka pasti akan ditimpa azab. Selain itu, Nabi Hud juga enggan melanjutkan perdebatan tentang berhala yang mereka sembah. Telah jelas bahwa berhala tersebut hanyalah karangan mereka dan nenek moyang mereka. Telah jelas pula bahwa berhala tersebut tidak dapat melakukan apapun. Bahkan, Allah tidak pernah sama sekali memberikan penjelasan untuk membenarkan apa yang mereka yakini. Maka dari itu, Nabi Hud mengajak mereka untuk sama-sama menunggu turunnya azab dari Allah. Dikisahkan dalam Al-Quran :
قَالَ قَدۡ وَقَعَ عَلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ رِجۡسٞ وَغَضَبٌۖ أَتُجَٰدِلُونَنِي فِيٓ أَسۡمَآءٖ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّا نَزَّلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٖۚ فَٱنتَظِرُوٓاْ إِنِّي مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُنتَظِرِينَ ٧١
Dia (Hud) berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah (alasan pembenaran) untuk itu? Maka, tunggulah (azab dan kemarahan itu)! Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.”
[QS. Al-A’raf ayat 71]
Bukannya semakin takut, mereka malah semakin sombong dan angkuh. Mereka percaya bahwa tidak ada kaum yang lebih kuat dari pada mereka. Dengan kekuatan tersebut, mereka yakin bahwa mereka mampu menolak azab Tuhan yang disembah Nabi Hud. Dikisahkan dalam Al-Quran mereka mengatakan :
مَنۡ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةًۖ
“Siapakah yang lebih hebat kekuatannya daripada kami?”
[QS. Fushilat ayat 15]
Jika dijabarkan, beginilah maksud perkataan mereka : “Memangnya ada yang lebih hebat dari pada kami? Memangnya Tuhanmu itu bisa menimpakan azab kepada kami? Kami ini adalah kaum yang paling kuat. Kami sanggup menolak azab dengan kekuatan kami.” Ucap mereka dengan penuh kesombongan.
Mereka tidak sadar bahwa kekuatan yang mereka miliki adalah anugerah dari Allah subhanahu wata’ala. Allah lah yang menciptakan mereka dengan tubuh yang besar dan kuat. Tentu saja yang menciptakan pasti lebih kuasa dan lebih kuat dari pada yang diciptakan. Oleh karena itu, sangat mudah bagi Allah jika Allah ingin menghancurkan mereka.
Kisah Turunnya Azab Allah Kepada Kaum ‘Ad
Suatu ketika, kaum ‘Ad ditimpa musim kemarau yang cukup panjang. Hujan yang biasanya turun saat musimnya tiba, tidak kunjung turun di wilayah mereka. Tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman mereka pun tidak terairi hingga akhirnya mati. Demikian pula hewan-hewan ternak mereka tidak mendapatkan air yang cukup.
Setiap hari, mereka mengharapkan turunnya hujan untuk mengairi tanaman dan perkebunan mereka. Namun, rupanya hujan itu tetap tidak kunjung turun di wilayah mereka.
Setelah mereka ditimpa kemarau yang begitu panjang, tiba-tiba datanglah gumpalan awan yang begitu besar dan tidak seperti biasanya menuju wilayah mereka. Mereka pun bersorak bergembira atas datangnya awan tersebut. Mereka mengira bahwa awan tersebut adalah hujan yang membawa rahmat bagi mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :
فَلَمَّا رَأَوۡهُ عَارِضٗا مُّسۡتَقۡبِلَ أَوۡدِيَتِهِمۡ قَالُواْ هَٰذَا عَارِضٞ مُّمۡطِرُنَاۚ
Maka, ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.”
[QS. Al-Ahqaf ayat 24]
Nabi Hud ‘alaihissalam yang kala itu ada di tengah-tengah mereka, turut memperhatikan awan tersebut dengan seksama. Setelah diperhatikan, Nabi Hud pun sadar bahwa awan tersebut tidak membawa hujan sama sekali. Akan tetapi, awan tersebut adalah azab dari Allah yang dijanjikan kepada kaum ‘Ad. Lalu, Nabi Hud berkata kepada mereka :
بَلۡ هُوَ مَا ٱسۡتَعۡجَلۡتُم بِهِۦۖ رِيحٞ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٞ ٢٤
(Bukan,) tetapi itu azab yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang sangat pedih.
[QS. Al-Ahqaf ayat 24]
Ternyata apa yang dikatakan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam itu benar. Awan tersebut tidak membawa apapun kecuali angin yang sangat dingin. Ketika gumpalan awan tersebut mendekat maka angin tersebut pun mulai berhembus sangat kencang dan suara gemuruhnya sangatlah keras. Dikisahkan dalam Al-Quran :
وَأَمَّا عَادٞ فَأُهۡلِكُواْ بِرِيحٖ صَرۡصَرٍ عَاتِيَةٖ ٦
sedangkan (kaum) ‘Ad telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin.
[QS. Al-Haqqah ayat 6]
فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ رِيحٗا صَرۡصَرٗا فِيٓ أَيَّامٖ نَّحِسَاتٖ لِّنُذِيقَهُمۡ عَذَابَ ٱلۡخِزۡيِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَعَذَابُ ٱلۡأٓخِرَةِ أَخۡزَىٰۖ وَهُمۡ لَا يُنصَرُونَ ١٦
Maka, Kami mengembuskan angin yang sangat dingin dan bergemuruh kepada mereka selama beberapa hari yang nahas karena Kami ingin agar mereka merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sungguh, azab akhirat lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan.
[QS. Fushilat ayat 16]
Suasana yang pada saat itu gembira tiba-tiba berubah menjadi mencekam dan mengerikan. Jeritan-jeritan histeris lagi memilukan juga terdengar dari mereka yang terkena azab. Mereka pun lari berhamburan menuju rumah-rumah dan benteng-benteng mereka untuk berlindung dari terpaan angin tersebut. Meski demikian, rupanya angin tersebut mampu menembus bahkan menghancurkan rumah-rumah dan benteng-benteng yang mereka banggakan.
Rupanya, angin tersebut tidak hanya menerpa mereka selama sehari. Akan tetapi, angin tersebut terus menerpa selama selama tujuh malam delapan hari tanpa henti. Angin tersebut memusnakan segala sesuatu yang dilaluinya. Penduduk negeri beserta hewan-hewan ternaknya, perkebunannya, gudang-gudang makanannya, dan lainnya hancur diterpa angin tersebut.
Sampai-sampai banyak di antara mereka yang terhempas hingga terbang. Lalu, mereka terjatuh dengan kepala di bawah. Kepala mereka pun pecah lalu mati seketika. Yang tersisa hanyalah tubuhnya saja yang kaku bergelimpangan seperti pohon kurma yang tumbang berserakan karena tercabut oleh badai.
Dikisahkan dalam Al-Quran :
سَخَّرَهَا عَلَيۡهِمۡ سَبۡعَ لَيَالٖ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومٗاۖ فَتَرَى ٱلۡقَوۡمَ فِيهَا صَرۡعَىٰ كَأَنَّهُمۡ أَعۡجَازُ نَخۡلٍ خَاوِيَةٖ ٧
Dia menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus. Maka, kamu melihat kaum (‘Ad) pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah (lapuk) bagian dalamnya.
[QS. Al-Haqqah ayat 7]
Dalam ayat yang lain juga disebutkan :
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ رِيحٗا صَرۡصَرٗا فِي يَوۡمِ نَحۡسٖ مُّسۡتَمِرّٖ ١٩ تَنزِعُ ٱلنَّاسَ كَأَنَّهُمۡ أَعۡجَازُ نَخۡلٖ مُّنقَعِرٖ ٢٠
Sesungguhnya Kami telah mengembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus-menerus, yang membuat manusia bergelimpangan, seakan-akan mereka itu pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya.
[QS. Al-Qomar ayat 19-20]
Setelah angin tersebut berhembus selama tujuh malam delapan hari, maka yang tersisa dari mereka hanyalah bekas tempat tinggalnya. Kekuatan, kemegahan, kekayaan, dan kemajuan peradaban yang selama ini mereka banggakan ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan dan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada satupun di antara mereka yang selamat dari angin dahsyat tersebut kecuali Nabi Hud dan orang-orang beriman. Dikisahkan dalam Al-Quran :
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيۡءِۭ بِأَمۡرِ رَبِّهَا فَأَصۡبَحُواْ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُمۡۚ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ٢٥
(Azab itu) menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak terlihat lagi, kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang durhaka.
[QS. Al-Ahqaf ayat 25]
Kisah Nabi Hud dan Orang-orang Beriman Yang Selamat dari Azab
Setelah kejadian yang dahsyat itu, ternyata Nabi Hud ‘alaihissalam dan orang-orang yang beriman bersamanya selamat dari azab yang mengerikan. Allah subhanahu wata’ala menyelamatkan mereka dari azab tersebut sebagai rahmat dan karunia dari-Nya. Selain itu, Allah juga menyelamatkan mereka dari azab yang lebih berat di akhirat nanti. Mereka pun merasa bersyukur dan bergembira atas rahmat dan karunia yang Allah berikan kepada mereka. Dikisahkan dalam Al-Quran :
وَلَمَّا جَآءَ أَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا هُودٗا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ بِرَحۡمَةٖ مِّنَّا وَنَجَّيۡنَٰهُم مِّنۡ عَذَابٍ غَلِيظٖ ٥٨
Ketika keputusan (azab) Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang dahsyat.
[QS. Hud ayat 58]