Penjelasan Rukun Iman Lengkap Beserta Dalilnya

Orang-orang Iman

Rukun Iman adalah perkara yang sangat penting dalam akidah Islam. Idealnya, seorang muslim seharusnya memahami dan mempraktekkan rukun iman dalam kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak umat Islam yang tidak memahaminya. Oleh karena itu, pada artikel kali ini akan kita bahas bersama penjelasan rukun iman secara lengkap beserta dalil-dalilnya.

DAFTAR ISI

A. Pengertian Rukun Iman

Apa itu rukun Iman? Rukun Iman adalah pilar-pilar keimanan dalam Islam. Iman adalah keyakinan di dalam hati yang dinyatakan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Iman dapat bertambah dengan mengerjakan ketaatan dan berkurang dengan melakukan kemaksiatan. Rukun Iman ada enam, yaitu :

  1. Iman kepada Allah.
  2. Iman kepada para malaikat.
  3. Iman kepada kitab-kitab.
  4. Iman kepada para Rasul.
  5. Iman kepada hari akhir.
  6. Iman kepada takdir.

لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi;


[QS. Al-Baqarah ayat 177]

إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ ٤٩ وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٞ كَلَمۡحِۭ بِٱلۡبَصَرِ ٥٠

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran.
Perintah Kami (ketika menghendaki sesuatu) hanyalah (dengan perkataan) sekali saja seperti kejapan mata.


[QS. Al-Qamar ayat 49-50]

B. Penjelasan Rukun Iman

Berikut penjelasan rukun Iman secara lengkap beserta dalilnya :

1. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah subhanahu wata'ala berarti mengimani keberadaan Allah, mengimani ketuhanan Allah, mengimani keilahian Allah, serta mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah.

Mengimani Keberadaan Allah

Mengimani keberadaan Allah subhanahu wata'ala berarti beriman dan yakin bahwa Allah itu ada. Keyakinan ini adalah fitrah manusia sejak dilahirkan. Akal yang sehat pasti beriman dengan adanya sang pencipta di balik keberadaan alam semesta. Segala sesuatu tidak mungkin ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.

أَمۡ خُلِقُواْ مِنۡ غَيۡرِ شَيۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ ٣٥

Apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri)?


[QS. Ath-Thur ayat 35]

Mengimani Ketuhanan Allah

Mengimani ketuhanan Allah subhanahu wata'ala berarti beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, merajai dan mengatur seluruh alam semesta. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan alam semesta yang semula tidak ada menjadi ada. Allah adalah Tuhan yang merajai alam semesta yang tidak ada raja di alam semesta selain-Nya. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang mengatur dan memerintah segala sesuatu yang ada di alam semesta.

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُغۡشِي ٱلَّيۡلَ ٱلنَّهَارَ يَطۡلُبُهُۥ حَثِيثٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتِۭ بِأَمۡرِهِۦٓۗ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٥٤

Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy. Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan. Maha berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam.


[QS. Al-A’raf ayat 54]

Mengimani Keilahian Allah

Mengimani keilahian Allah subhanahu wata'ala berarti beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan sesembahan selain Allah adalah batil. Beriman terhadap keilahian Allah adalah konsekuensi dari beriman terhadap ketuhanan Allah. Jika seseorang beriman bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan, merajai dan mengatur alam semesta maka seharusnya ia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun.

ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖ ‌فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ ١٠٢

Itulah Allah Tuhanmu. Tidak ada tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu. Maka, sembahlah Dia. Dialah pemelihara segala sesuatu.


[QS. Al-An’am ayat 120]

Mengimani Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala adalah beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang ditetapkan di dalam Al-Quran maupun Al-Hadits. Allah memiliki nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia dan sempurna yang wajib diimani sesuai dengan kemuliaan dan kesempurnaannya. Sifat-sifat Allah tidak boleh disamakan dengan sifat-sifat makhluk, ditentukan kaifiatnya, diselewengkan maknanya, atau diingkari maknanya.

Di antara contoh nama-nama dan sifat-sifat Allah ialah الرحمن (Maha Pengasih), الرحيم (Maha Penyayang), الملك (Maha Merajai), dan lain-lain.

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠

Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.


[QS. Al-A’raf ayat 180]

2. Iman kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat berarti mengimani keberadaannya, mengimani nama-namanya, mengimani sifat-sifatnya, dan juga mengimani tugas-tugasnya.

Mengimani Keberadaan Para Malaikat

Mengimani keberadaan para malaikat berarti beriman dengan keberadaan para malaikat yang diciptakan oleh Allah dari cahaya. Allah subhanahu wata'ala menciptakan mereka untuk senantiasa patuh kepada perintah-Nya.

يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوۡقِهِمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ۩ ٥٠

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).


[QS. An-Nahl ayat 50]

Jumlah para malaikat sangatlah banyak dan tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits :

هَذَا الْبَيْتُ ‌الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ

Ini adalah baitul-makmur yang setiap hari ada 70.000 malaikat yang sholat di dalamnya, ketika mereka keluar mereka tidak akan kembali ke dalamnya karena itu merupakan terakhir kali bagi mereka


[HR. Bukhari no 3207]

Mengimani Nama-nama Para Malaikat

Mengimani nama-nama para malaikat adalah beriman terhadap nama-nama para malaikat yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Para malaikat itu jumlahnya sangatlah banyak dan mereka memiliki nama. Hanya saja tidak semua malaikat dikabarkan nama-namanya kepada kita. Adapun malaikat yang namanya dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita di antaranya adalah Jibril, Malik, Israfil, dan lain-lain.

Mengimani Sifat-sifat Para Malaikat

Mengimani sifat-sifat para malaikat berari mengimani sifat-sifat para malaikat yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Adapun malaikat-malaikat yang dikabarkan oleh Nabi kepada kita di antaranya adalah Jibril yang memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk, malaikat pemikul ‘arsy yang jarak ujung telinga dan bahunya sejauh perjalanan 700 tahun, dan masih banyak malaikat yang lainnya.

Mengimani Tugas-tugas Para Malaikat

Mengimani tugas-tugas para malaikat berarti mengimani tugas-tugas para malaikat yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Misalnya, Jibril yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul, Israfil yang ditugaskan meniupkan sangkakala, malaikat penjaga dan pencatat amal yang ditugaskan untuk menjaga dan mencatat amal manusia, dan masih banyak lagi tugas-tugas para malaikat yang lainnya.

3. Iman kepada Kitab-kitab

Iman kepada kitab-kitab adalah mengimani kebenaran kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada para Nabi dan Rasul, mengimani nama-nama kitab tersebut, mengimani berita-berita yang ada di dalam kitab-kitab tersebut, serta mematuhi hukum-hukum yang ada pada kitab-kitab tersebut.

Mengimani Kebenaran Kitab-kitab

Mengimani kebenaran kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah adalah beriman bahwa Allah subhanahu wata'ala benar-benar menurunkan kitab-kitab kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Di antara kitab tersebut ialah Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa , dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud . Adapun selain itu masih ada kitab-kitab lainnya yang diturunkan oleh Allah namun kita tidak mengetahuinya.

نَزَّلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ ٣

Dia menurunkan kepadamu (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) dengan hak, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, serta telah menurunkan Taurat dan Injil


[QS. Ali Imran ayat 3]

Mengimani Berita-berita dalam Kitab-kitab

Mengimani berita-berita yang ada di dalam kitab-kitab adalah mengimani kebenaran berita-berita yang dikabarkan dalam kitab-kitab Allah subhanahu wata'ala, tidak menyelewengkannya, tidak menghapusnya, dan tidak menambah-nambah baik lafal maupun maknanya.

Mengimani kebenaran seluruh berita-berita dalam Al-Quran adalah wajib karena Al-Quran adalah kitab yang dijaga keasliannya oleh Allah subhanahu wata'ala. Adapun mengimani berita-berita dari kitab-kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini maka kita perlu berhati-hati karena banyak yang isinya diubah-ubah oleh ahli kitab.

يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَنَسُواْ حَظّٗا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦۚ

Mereka suka mengubah firman-firman (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.


[QS. Al-Maidah ayat 13]

Oleh karena itu, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengimaninya :

  • Jika berita tersebut sejalan dengan Al-Quran maka wajib mengimani kebenarannya.
  • Jika berita tersebut bertentangan dengan Al-Quran maka wajib mengingkarinya.
  • Jika berita tersebut tidak sejalan dengan Al-Quran dan tidak bertentangan dengan Al-Quran maka tidak dibenarkan dan tidak diingkari. Artinya bisa jadi berita tersebut benar dan bisa jadi salah.
Mematuhi Hukum-hukum dalam Kitab-kitab

Pada asalnya, semua hukum-hukum dalam kitab-kitab Allah wajib dipatuhi oleh setiap masing-masing Nabi dan Rasul beserta kaumnya. Nabi Dawud dan kaumnya wajib mematuhi hukum-hukum dalam kitab Zabur. Nabi Musa dan kaumnya wajib mematuhi hukum-hukum dalam kitab Taurat. Nabi Isa dan kaumnya wajib mematuhi hukum-hukum dalam kitab Injil. Begitu pula para Nabi dan Rasul yang lain beserta kaumnya juga wajib mematuhi hukum-hukum dalam kitab mereka masing-masing.

Namun, saat ini kitab Al-Quran telah diturunkan. Al-Quran merupakan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah sebagai pembenar, penjaga, dan acuan terhadap kitab-kitab sebelumnya. Hukum-hukum dalam Al-Quran mencakup seluruh kemaslahatan yang ada pada kitab-kitab sebelumnya. Hukum-hukum dalam Al-Quran mengganti sebagian hukum-hukum yang ada pada kitab-kitab sebelumnya dan mengukuhkan sebagian yang lainnya. Al-Quran juga menambah hukum-hukum baru yang belum ada pada kitab-kitab sebelumnya.

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ

Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya).


[QS. Al-Maidah ayat 48]

Oleh karena itu, barang siapa yang mendapati Al-Quran telah sampai kepadanya maka ia wajib beriman dan mematuhi hukum-hukum yang ada di dalamnya.

4. Iman kepada Para Rasul

Iman kepada para Rasul adalah beriman bahwa mereka adalah manusia yang diutus oleh Allah, mengimani nama-nama mereka, mengimani kabar-kabar tentang mereka, dan mengamalkan syariat mereka.

Mengimani Kerasulan Para Rasul

Mengimani kerasulan para Rasul adalah beriman bahwa para Rasul itu benar-benar diutus oleh Allah untuk mengajak manusia agar menyembah hanya kepada Allah subhanahu wata'ala dan menjauhi sesembahan selain Allah.

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ

Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!”


[QS. An-Nahl ayat 36]

Mereka juga membawa kabar gembira dari Allah subhanahu wata'ala berupa surga bagi siapapun yang beriman dan beramal saleh serta membawa kabar ancaman dari Allah subhanahu wata'ala berupa neraka bagi siapapun yang kufur dan berbuat keburukan.

Mengimani Nama-nama Para Rasul

Mengimani nama-nama para Rasul adalah mengimani nama-nama mereka baik yang kita ketahui namanya dari Al-Quran dan Al-Hadits ataupun yang tidak kita ketahui namanya. Adapun para Rasul yang kita ketahui namanya di antaranya yaitu Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, Nuh, dan lain-lain. Sedangkan para Rasul yang tidak diketahui namanya jumlahnya sangatlah banyak namun Allah tidak menceritakannya kepada kita.

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلٗا مِّن قَبۡلِكَ مِنۡهُم مَّن قَصَصۡنَا عَلَيۡكَ وَمِنۡهُم مَّن لَّمۡ نَقۡصُصۡ عَلَيۡكَۗ

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad). Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.


[QS. Ghafir ayat 78]

Mengimani Kabar-kabar Para Rasul

Mengimani kabar-kabar tentang para Rasul adalah mengimani kebenaran berita-berita dari mereka dan berita-berita tentang mereka berdasarkan sumber yang sahih. Jika sumber berita-berita tentang para Rasul tidak sahih maka tidak perlu diyakini kebenarannya.

Sumber utama yang jelas kesahihannya adalah Al-Quran. Sumber kedua adalah Al-Hadits yang sahih. Adapun sumber-sumber lain seperti kitab-kitab sebelum Al-Quran atau kabar-kabar yang berasal dari Bani Israil maka kaidahnya adalah sebagai berikut :

  • Jika berita tersebut sejalan sumber yang sahih baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits maka wajib mengimani kebenarannya.
  • Jika berita tersebut bertentangan dengan sumber yang sahih baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits maka wajib mengingkarinya.
  • Jika berita tersebut tidak sejalan dan tidak bertentangan sumber yang sahih baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits maka tidak dibenarkan dan tidak diingkari. Artinya mungkin saja berita tersebut benar atau mungkin saja salah.
Menaati Syariat Para Rasul

Pada asalnya, setiap kaum wajib menaati syariat Rasul yang diutus untuk masing-masing dari mereka. Kaum Nabi Dawud wajib menaati syariat Nabi Dawud. Kaum Nabi Musa wajib menaati syariat Nabi Musa. Kaum Nabi Isa wajib menaati syariat Nabi Isa. Begitupun kaum-kaum yang lainnya juga wajib menaati syariat dari Nabi mereka masing-masing.

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ

Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali untuk ditaati dengan izin Allah.


[QS. An-Nisa’ ayat 64]

Namun, saat ini Nabi Muhammad telah diutus. Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Syariat Nabi Muhammad adalah syariat yang menyempurnakan syariat-syariat para Rasul sebelumnya.

Syariat Nabi Muhammad tidak hanya diperuntukkan untuk kaum tertentu saja. Akan tetapi, syariat Nabi Muhammad diperuntukkan untuk seluruh manusia. Maka dari itu, siapapun yang telah mendengar tentangnya maka ia wajib menaati dan mengikuti syariat Nabi Muhammad selaku Nabi dan Rasul yang terakhir.

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ‌ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٥٧ قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡ جَمِيعًا ٱلَّذِي لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ فَـَٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِيِّ ٱلۡأُمِّيِّ ٱلَّذِي يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَكَلِمَٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٥٨

(Yaitu,) orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”


[Al-A’raf ayat 157-158]

5. Iman kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir adalah beriman terhadap apa yang terjadi setelah kematian, mengimani hari kiamat dan tanda-tandanya, mengimani hari kebangkitan, mengimani peristiwa-peristiwa yang terjadi para hari kebangkitan, serta mengimani surga dan neraka.

Mengimani Kejadian Setelah Kematian

Mengimani kejadian setelah kematian adalah mengimani adanya alam barzakh dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam tersebut. Ketika manusia telah mengalami kematian maka ia berpindah dari alam dunia menuju alam barzakh. Lalu, ia akan menghadapi fitnah (ujian) kubur berupa pertanyaan tentang tuhannya, agamanya, dan Nabinya. Setelah itu, ia akan menghadapi dua kemungkinan yaitu siksa kubur atau nikmat kubur. Jika ia beriman dan bertakwa maka ia mendapatkan nikmat kubur. Jika ia pelaku kezaliman dari kalangan munafik ataupun kafir maka ia mendapatkan siksa kubur.

Mengimani Hari Kiamat dan Tanda-tandanya

Mengimani hari kiamat adalah mengimani bahwa peristiwa hari kiamat pasti terjadi. Hari kiamat dimulai dengan ditiupkannya sangkakala yang pertama. Ketika sangkakala pertama telah ditiup maka terjadilah peristiwa kehancuran alam semesta dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya kecuali yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata'ala.

وَنُفِخَ فِي ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُۖ

Sangkakala pun ditiup sehingga matilah semua (makhluk) yang (ada) di langit dan di bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah.


[QS. Az-Zumar ayat 68]

Sebelum kiamat terjadi, terdapat berbagai macam peristiwa yang menjadi penanda akan kedekatannya. Di antara tanda-tanda tersebut ialah dukhon, Dajjal, dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Yakjuj dan Makjuj, tiga peristiwa ditenggelamkannya bumi, dan api dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpul.

Setelah tanda-tanda tersebut muncul maka kiamat akan terjadi dalam waktu dekat. Ketika waktunya sudah tiba, malaikat Israfil akan meniup sangkakala yang pertama. Ketika sangkakala telah ditiup maka terjadilah kiamat secara mendadak dan sangat cepat.

Mengimani Hari Kebangkitan

Mengimani hari kebangkitan adalah beriman bahwa setelah terjadi kiamat maka seluruh manusia akan dihidupkan kembali dari kematiannya. Kejadian ini ditandai dengan ditiupnya sangkakala kedua dari malaikat Israfil. Pada saat itu, mereka akan dikumpulkan di sebuah tempat perkumpulan dalam keadaan bertelanjang kaki, bertelanjang badan, dan tidak dikhitan.

ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخۡرَىٰ فَإِذَا هُمۡ قِيَامٞ يَنظُرُونَ ٦٨

Kemudian, ia ditiup sekali lagi. Seketika itu, mereka bangun (dari kuburnya dan) menunggu (keputusan Allah).


[QS. Az-Zumar ayat 68]

Mengimani Peristiwa-peristiwa Hari Kebangkitan

Mengimani perisitwa-peristiwa hari kebangkitan adalah mengimani berbagai macam peristiwa yang akan terjadi pada hari kebangkitan. Di antara peristiwa tersebut ialah manusia akan berdiri lama menghadap Tuhannya, diperdengarkan suara penyeru, matahari yang didekatkan, keringat yang dapat menenggelamkan, persebaran catatan amal, peletakan timbangan, perhitungan amal, melewati sirat, dan peristiwa-peristiwa dahsyat lainnya.

Mengimani Surga dan Neraka

Mengimani surga dan neraka adalah mengimani keberadaan surga dan neraka. Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan sebagai balasan bagi hamba-hamba Allah subhanahu wata'ala yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan dan penderitaan sebagai balasan bagi orang-orang musyrik dan orang-orang kafir.

6. Iman kepada Takdir

Iman kepada takdir berarti mengimani ilmu Allah, mengimani lauhul-mahfudz, mengimani kehendak Allah, dan mengimani penciptaan Allah terhadap seluruh makhluk.

Mengimani Ilmu Allah

Mengimani ilmu Allah adalah beriman bahwa Ilmu Allah bersifat azali, abadi, meliputi segala sesuatu baik secara global ataupun terperinci, serta meliputi perbuatan-Nya dan perbuatan hamba-Nya.

وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٢٩

Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.


[QS. Al-Baqarah ayat 29]

Mengimani Lauhul-Mahfudz

Mengimani lauhul-mahfudz adalah beriman bahwa Allah telah menuliskan semua takdir di lauhul-mahfudz. Allah subhanahu wata'ala menuliskan takdir tersebut di lauhul-mahfudz sejak lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.

أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَٰبٍۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٧٠

Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sesungguhnya hal itu sudah terdapat dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian sangat mudah bagi Allah.


[Al-Hajj ayat 70]

Mengimani Kehendak Allah

Mengimani kehendak Allah berarti beriman bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak-Nya, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya ataupun yang berkaitan denga perbuatan makhluk-Nya. Tidak ada satupun makhluk yang dapat menghalangi, menolak, ataupun mengoreksi kehendak-Nya.

وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ

dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.


[QS. Ibrahim ayat 27]

Mengimani Penciptaan Allah

Mengimani penciptaan Allah adalah beriman bahwa segala sesuatu adalah ciptaan bagi Allah subhanahu wata'ala. Segala sesuatu di alam semesta baik itu zatnya, sifatnya, dan gerakannya adalah bersifat baru. Segala sesuatu di alam semesta dahulunya tidak ada, kemudian Allah menciptakannya sehingga ia menjadi ada.

ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ ٦٢

Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.


[QS. Az-Zumar ayat 62]

C. Ringkasa

  1. Rukun Iman adalah pilar-pilar keimanan dalam Islam. Rukun iman ada 6 yaitu : Iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir.
  2. Iman kepada Allah subhanahu wata'ala berarti mengimani keberadaan Allah, mengimani ketuhanan Allah, mengimani keilahian Allah, serta mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah.
  3. Iman kepada para malaikat berarti mengimani keberadaannya, mengimani nama-namanya, mengimani sifat-sifatnya, dan juga mengimani tugas-tugasnya.
  4. Iman kepada kitab-kitab adalah mengimani kebenaran kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada para Nabi dan Rasul, mengimani nama-nama kitab tersebut, mengimani berita-berita yang ada di dalam kitab-kitab tersebut, serta mematuhi hukum-hukum yang ada pada kitab-kitab tersebut.
  5. Iman kepada para Rasul adalah beriman bahwa mereka adalah manusia yang diutus oleh Allah, mengimani nama-nama mereka, mengimani kabar-kabar tentang mereka, dan mengamalkan syariat mereka.
  6. Beriman kepada hari akhir adalah beriman terhadap apa yang terjadi setelah kematian, mengimani hari kiamat dan tanda-tandanya, mengimani hari kebangkitan, mengimani peristiwa-peristiwa yang terjadi para hari kebangkitan, serta mengimani surga dan neraka.
  7. Iman kepada takdir berarti mengimani ilmu Allah, mengimani lauhul-mahfudz, mengimani kehendak Allah, dan mengimani penciptaan Allah terhadap seluruh makhluk.

Related Posts :