Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad , keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya.
Salah satu diantara materi ceramah yang banyak sekali di cari di pencarian google adalah ceramah tentang kematian beserta dalilnya. Selain menarik, ceramah tentang kematian beserta dalilnya adalah ceramah yang sangat cocok disampaikan sebagai bahan renungan bagi kita semua.
Oleh karena itu, pada postingan kali ini kami akan membawakan salah satu contoh naskah ceramah tentang kematian lengkap beserta dalilnya dari Al-Quran.
Teks ceramah tentang kematian beserta dalilnya yang kami unggah pada postingan kali ini, akan kami paparkan secara lengkap mulai dari pembukaan, isi, hingga salam penutup sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para ustadz ketika mengisi ceramah di pengajian.
Oleh karena itu, jika Anda adalah orang awam yang hendak membawakan materi ceramah tentang kematian beserta dalilnya, Anda tidak perlu khawatir salah dalam menyampaikan. Karena naskah ceramah tentang kematian ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga Anda dapat berceramah seperti para ustadz pada umumnya.
Berikut teks ceramah tentang kematian lengkap beserta dalilnya kami paparkan secara lengkap :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
(Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh)
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ
(Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ‘ala asyrofil ambiya-i wal-mursalin, sayyidinaa wa nabiyyinaa muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in, wa ba’du)
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, yaitu tuan kita dan nabi kita Muhammad , beserta keluarga beliau, dan juga sahabat beliau seluruhnya.
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… pertama-tama saya hendak berwasiat untuk diri saya sendiri dan juga untuk para hadirin yang hadir di majelis yang mulia ini, yaitu hendaknya kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah di dalam Al-Quran :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
[QS. Ali Imran ayat 102]
Para hadirin yang semoga dimuliakan oleh Allah… salah satu diantara takdir yang pasti dirasakan oleh seluruh makhluk hidup adalah kematian. Terdapat dalil di dalam Al-Quran di mana Allah berfirman :
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
[QS. Ali Imran ayat 185]
Pada ayat tersebut sesungguhnya kita mengetahui bahwa masing-masing dari kita pasti akan merasakan kematian. Suka ataupun tidak, mau ataupun tidak, takdir itu pasti akan kita jumpai.
Meskipun kita berusaha untuk menghindari kematian dengan berbagai upaya sekalipun, maka sesungguhnya kita tidak akan pernah sanggup menghindarinya. Di manapun kita bersembunyi untuk menghindarinya pasti kita akan didatangi oleh kematian itu jika waktunya telah tiba. Berdasarkan dalil di dalam Al-Quran bahwa Allah berfirman :
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ
Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh.
[QS. An-Nisa’ ayat 78]
Namun anehnya, para hadirin, betapa banyak diantara kita yang lalai dari takdir yang satu ini. Bahkan terkadang seolah-olah kita merasa akan hidup selamanya. Kita terlalu sering fokus mengejar cita-cita dunia sampai lupa ada kematian yang dapat memutus cita-cita tersebut.
Padahal, hadirin, apabila kita mau merenung sejenak, maka sesungguhnya setiap detik yang kita lalui adalah detik-detik menuju pada takdir kematian kita. Bahkan setiap kaki kita melangkah, sesungguhnya kita sedang menuju langkah terakhir kita. Hanya saja kita tidak pernah tahu di bumi sebelah manakah kaki kita berhenti melangkah. Allah berfirman :
وَمَا تَدۡرِي نَفۡسُۢ بِأَيِّ أَرۡضٖ تَمُوتُۚ
(Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
[QS. Luqman ayat 34]
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… ketahuilah bahwa tidak ada satupun di antara manusia yang mengetahui kapan datangnya kematian masing-masing dari mereka. Sebagian ada yang mati di usia senja, sebagian lagi di usia yang cukup muda, bahkan tidak sedikit yang mati sesaat setelah dilahirkan oleh ibunya.
Sebelum kita dilahirkan, Allah telah menentukan kematian masing-masing dari kita. Bisa saja beberapa saat setelah ini akan ada di antara kita yang dijemput kematiannya. Atau mungkin bisa saja besok, lusa ataupun bulan depan akan ada di antara kita yang dijemput kematiannya. Yang jelas kematian itu pasti datang dan kita tidak akan pernah mengetahui kapan datangnya.
Meskipun demikian, para hadirin, sesungguhnya kematian itu bukanlah sesuatu yang perlu kita khawatirkan. Karena kematian itu adalah hal yang pasti terjadi dan mau tidak mau kita akan mengalaminya. Hanya saja kita tidak akan pernah tahu kapan datangnya, dimana tempatnya, dan apa penyebabnya.
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… Sebagaimana yang telah saya katakan barusan, bahwa kita tak perlu mengkhawatirkan akan datangnya kematian. Karena kematian itu sudah pasti kita akan mengalaminya. Justru yang seharusnya kita khawatirkan adalah bagaimana nasib kita setelah kematian. Apakah bernasib baik? Ataukah bernasib buruk?
Kita sebagai seorang mukmin tentu beriman dan yakin dengan adanya hari setelah kematian. Kita juga yakin dan beriman bahwasanya hanya ada dua nasib yang dialami oleh manusia setelah kematiannya, yaitu manusia yang bernasib beruntung dan manusia yang bernasib celaka.
Nasib kita setelah kematian, ditentukan oleh apa yang kita perbuat selama kita masih hidup di dunia. Dan segala yang akan kita peroleh setelah kematian adalah hasil dari apa yang kita lakukan semasa kita hidup di dunia.
Dunia ini ibarat tempat dan waktu kita untuk bercocok tanam, sedangkan akhirat adalah tempat dan waktu di mana kita akan memanen apa yang kita tanam. Apabila semasa di dunia kita menanam kebaikan, meskipun kebaikan itu hanya sebesar biji zarrah, maka sungguh kita akan melihat hasil panennya setelah kematian. Sebaliknya, apabila kita menanam keburukan di dunia, meskipun keburukan itu hanya sebesar biji zarrah, kita juga akan melihat hasil panennya setelah kematian.
Disebutkan sebuah dalil di dalam Al-Quran di mana Allah berfirman :
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
[QS. Al-Zalzalah ayat 7-8]
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… pernahkah Anda mendengar sebuah nasehat yang berbunyi “Janganlah engkau bermalas-malasan, dan berusahalah sekuat tenagamu selagi muda demi masa depan!”? Nasehat tersebut tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Meskipun nasehat itu disampaikan dengan kalimat yang bermacam-macam, tetapi pada intinya adalah sama.
Betapa banyak orang memberikan nasehat ini agar kita menggapai masa depan yang gemilang. Namun, masa depan manakah yang dimaksud dalam nasehat tersebut? Apakah masa depan setelah kematian? Ataukah masa depan di masa tua?
Ya tentu saja! Masa depan yang dimaksud kebanyakan orang adalah masa depan di masa tua alias masa depan duniawi.
Nasehat ini tentu tidak sepenuhnya salah. Memang betul apabila kita ingin hidup nyaman di masa tua maka kita harus mengorbankan masa muda kita untuk bersusah payah. Namun, yang perlu kita sadari adalah bahwa masa depan yang sesungguhnya bukanlah masa tua yang banyak orang pikirkan. Akan tetapi justru masa depan yang sesungguhnya adalah masa setelah kematian.
Mengapa demikian? Karena kita tidak pernah tau sampai kapan kita hidup. Seandainya pun kita hidup sampai tua maka tetap saja masa depan duniawi hanyalah masa depan yang sesaat. Sedangkan masa depan setelah kematian adalah masa depan yang kekal dan abadi.
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… betapa banyak orang yang tertipu hingga rela menghabiskan waktunya demi masa depan yang sesaat. Sangking sibuknya, sampai-sampai masa depan setelah kematiannya tidak pernah ia pikirkan dan ia persiapkan. Di dalam Al-Quran, Allah berfirman :
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ٢٠
Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.
[QS. Al-Hadid ayat 20]
Apa yang dimaksud dengan "kesenangan yang memperdaya" pada ayat yang barusan saya bacakan? Yang dimaksud dengan "kesenangan yang memperdaya" dalam ayat tersebut adalah memperdaya orang-orang yang mencintainya.
Orang-orang yang mencintai dunia mengira bahwa tidak ada kehidupan lagi setelah kehidupan dunia. Bahkan tanpa disadari mereka mengira bahwa hidup di dunia itu adalah kehidupan untuk selamanya.
Pada akhirnya apa? Mereka terperdaya dengan gemerlapnya dunia, sehingga kesibukan mereka hanyalah mengurusi kehidupan dunianya dan melupakan kehidupan setelah kematian. Ternyata setelah kematian menjemputnya, mereka baru tersadar bahwa mereka telah tertipu dengan kesenangan dunia yang telah mereka kagumi semasa hidup di dunia.
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… sebenarnya saya membawakan ceramah tentang kematian beserta dalilnya ini bukanlah untuk menakut-nakuti Anda. Telah saya tekankan sebelumnya bahwa kita tidak perlu takut akan datangnya kematian. Karena kematian itu sudah pasti akan kita alami.
Bukan pula saya membawakan ceramah ini untuk membuat hilang semangat para hadirin dalam bekerja untuk memperoleh harta dunia. Bukan. Justru kita tetap membutuhkan harta dunia agar bisa beramal mempersiapkan bekal menghadapi hari setelah kematian.
Akan tetapi, maksud saya disini membawakan ceramah tentang kematian beserta dalilnya adalah agar kita menyadari bahwa hidup di dunia itu hanyalah sesaat. Jangan sampai hidup yang sesaat ini kita gunakan sepenuhnya untuk memikirkan dunia saja. Sangking sibuknya memikirkan dunia dan sibuk berbangga-banggaan dengan pencapaian dunia, tiba-tiba kematian itu datang tanpa kita sadari.
Bukankah Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa sibuk memperbanyak harta itu dapat membuat kita lalai? Bahkan kita hafal dengan firman Allah yang berbunyi :
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١
Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu sampai kamu masuk ke dalam kubur.
[QS. At-Takatsur ayat 1-2]
Kita tidak tahu kapan kita mati, dan yang jelas mati pasti akan menjemput kita semua. Oleh karena itu mindset yang harus kita tanamkan adalah bahwa kehidupan dunia ini adalah tempat kita bercocok tanam untuk mempersiapkan kehidupan setelah kematian.
Jangan sampai sangking sibuknya dengan dunia, kita sampai melupakan kewajiban kita kepada Allah. Lupa shalat, lupa bersedekah, lupa zakat, lupa berzikir, lupa membaca Al-Quran, lupa berbakti kepada kedua orang tua, serta lupa mengerjakan kewajiban-kewajiban yang lainnya.
Jangan juga demi mendapatkan harta dunia sampai-sampai kita tidak peduli bagaimana harta itu diperoleh tanpa memperhatikan halal dan haram. Akan tetapi hendaknya kita mencari harta dunia ini dengan cara yang dihalalkan oleh Allah. Bahkan kita niatkan mencari harta dunia sebanyak-banyaknya agar harta itu bisa kita gunakan untuk beramal shalih.
Allah berfirman :
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلۡأٓخِرَةِ نَزِدۡ لَهُۥ فِي حَرۡثِهِۦۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ ٢٠
Siapa yang menghendaki balasan di akhirat, akan Kami tambahkan balasan itu baginya. Siapa yang menghendaki balasan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (balasan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian sedikit pun di akhirat.
[QS. Asy-Syuro ayat 20]
Maksud dari ayat yang barusan saya sebut adalah bahwa apapun yang kita usahakan dan kita amalkan hendaknya dilakukan dalam rangka mendapatkan balasan di akhirat.
Kita melaksanakan shalat untuk akhirat.
Kita bersedekah juga untuk akhirat.
Kita bekerja mencari nafkah untuk akhirat.
Kita berbisnis juga untuk akhirat.
Artinya semua yang diperintahkan oleh Allah dan semua yang dihalalkan oleh Allah adalah kita niatkan untuk memperoleh keuntungan di akhirat.
Ingatlah bahwa dunia ini sementara sedangkan kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang kekal dan abadi. Janganlah kita menjadikan kedudukan dunia ini di atas kedudukan akhirat. Allah berfirman :
بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ١٦ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ ١٧
Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
[QS. Al-A’la ayat 16-17]
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… demikianlah ceramah tentang kematian beserta dalilnya ini saya sampaikan. Semoga dengan disampaikannya ceramah tentang kematian beserta dalilnya ini dapat mengingatkan kita akan pastinya kematian dan kehidupan setelah kematian.
Oleh karena itu, marilah kita bersemangat dan berlomba-lomba mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian sesuai potensi kita masing-masing.
Yang memiliki potensi di bidang ilmu, gunakan ilmunya untuk meraih akhirat!
Yang memeliki potensi di bidang fisik, gunakan fisiknya untuk meraih akhirat!
Dan yang memiliki potensi di bidang harta, gunakan hartanya untuk meraih akhirat!
Kurang lebihnya saya selaku penceramah mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata…
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ