Bismillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam semoga shalawat dan salam terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya.
Pada artikel kali ini penulis kembali membawakan contoh ceramah pendek atau ceramah singkat yang cocok disampaikan pada pembukaan di sebuah acara-acara baik itu acara formal, semi formal, maupun non-formal.
Tema contoh ceramah kali ini adalah ceramah singkat tentang ikhlas. Meskipun tema yang dibawakan cukup umum didengar, namun penulis susun dengan susunan yang menarik serta cocok dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila ceramah pendek tentang ikhlas ini disampaikan dengan pembawaan yang baik dan menarik maka tidak akan membosankan didengarkan oleh audience. Berikut ini contoh ceramah pendek tentang ikhlas :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَبَعْدُ
(Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, wash-sholaatu was-salaamu ala asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliin, sayyidinaa wa nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Wa ba’du)
Jama'ah rahimakumullah, pertama-tama kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kenikmatan Islam dan Iman kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul di majelis ini dengan penuh khidmat. Penceramah berdoa semoga Allah menjaga nikmat-nikmat ini hingga ajal menjemput sehingga kita diwafatkan dalam keadaan muslim.
Yang kedua, tak lupa penceramah sampaikan shalawat dan salam agar senantiasa tercurahkan kepada uswah kita Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya.
Sebelum kita memasuki isi dari ceramah, penceramah wasiatkan terlebih dahulu khususnya kepada diri penceramah sendiri dan umumnya kepada para jama’ah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Allah ta’ala berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
[QS. Ali Imran ayat 102]
Jama’ah rahimakumullah, pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkanlah saya selaku penceramah untuk membawakan ceramah atau kultum singkat tentang ikhlas.
Pertama, apakah definisi dari ikhlas itu sendiri?
Banyak orang mengatakan bahwa ikhlas adalah melakukan kebaikan tanpa pamrih, atau berbuat baik kepada orang lain tanpa mengharap imbalan apapun. Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah merelakan apa yang kita berikan kepada orang lain.
Contoh kasus misalkan ada orang yang meminjam uang kepada kita, lalu ketika orang itu hendak membayarnya maka kita mengatakan “Tidak usah diganti, saya ikhlas.”
Tentu kasus tersebut seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sebagian kita pun ada yang mengalaminya. Pertanyaannya adalah : apakah kasus yang baru saja penceramah ceritakan adalah definisi dari ikhlas?
Ternyata jawabannya adalah tidak!
Ikhlas yang dimaksud dalam agama Islam bukanlah yang seperti itu. Justru pengertian ikhlas itu sendiri adalah beribadah hanya untuk Allah subhanahu wata'ala semata.
Atau dalam arti lain ikhlas adalah melakukan ketaatan kepada Allah 'azza wajalla semata-mata dan tidak mengharapkan perhatian dan penghormatan dari makhluk.
Pada ceramah pendek tentang ikhlas kali ini, penceramah juga ingin meluruskan bahwa ikhlas itu bukan berarti tanpa pamrih. Justru ikhlas itu adalah ketika kita melakukan ketaatan dengan pamrih atau harapan ridha dari Allah semata.
Demikian pula ketika kita mengharapkan rahmat dari Allah subhanahu wata'ala dan takut dengan siksa-Nya adalah juga bagian dari keikhlasan. Karena para malaikat, para Nabi, dan orang-orang shalih pun mereka juga beribadah karena berharap dan takut kepada Allah 'azza wajalla. Di dalam Al-Quran disebutkan :
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ اِلٰى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهٗ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهٗۗ اِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوْرًا
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka (sendiri) mencari jalan kepada Tuhan (masing-masing berharap) siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka juga mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya, azab Tuhanmu itu adalah yang (harus) ditakuti.
[QS. Al-Isra’ ayat 57]
Seandainya kita beribadah kepada Allah tanpa mengharap apapun justru ini menyalahi fitrah manusia itu sendiri. Karena Allah telah menciptakan rasa harap, takut, dan cinta itu di dalam hati manusia, maka tidak mungkin rasa tersebut dihilangkan.
Karena itulah Allah mengarahkan kepada kita agar rasa cinta, harap dan takut yang telah Allah citpakan di dalam hati kita agar ditujukan hanya kepada Allah subhanahu wata'ala.
Jama’ah rahimakumullah, ternyata tujuan kita diciptakan oleh Allah adalah untuk ikhlas beribadah kepada Allah ta’ala semata. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
[QS. Adz-Dzariyat ayat 56]
Diterangkan juga di dalam surat Al-Bayyinah, Allah ta’ala berfirman :
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
[QS. Al-Bayyinah ayat 5]
Pada kedua ayat tersebut, kita menyadari bahwa sesungguhnya setiap aktivitas ketaatan kita kepada Allah baik itu yang berkaitan dengan hablum minallah maupun hamblum minannaas adalah harus kita tujukan hanya untuk Allah semata.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
[QS. Al-An’am ayat 162]
Maka apapun ketaatan yang kita lakukan hendaklah kita persembahkan untuk Allah 'azza wajalla dan bukan untuk mencari perhatian maupun pujian dari orang lain. Karena apabila ditujukan kepada orang lain maka amalan kita bukanlah amalan yang ikhlas karena Allah.
Jama’ah rahimakumullah, pada ceramah singkat tentang ikhlas kali ini, penceramah ingin memperingatkan juga bahwa diantara yang merusak keikhlasan kita adalah riya’ dan sum’ah.
Riya’ adalah melakukan ketaatan atau ibadah untuk memamerkannya kepada orang lain atau agar dilihat orang lain, sedangkan sum’ah melakukan ibadah agar didengar oleh orang lain.
Orang yang melakukan ibadah karena riya’ dan sum’ah maka ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala. Bahkan Allah sangat murka kepada orang yang berbuat riya’.
Sangking murkanya Allah ta’ala kepada orang yang selalu riya’ dalam ibadahnya, di hari kiamat Allah akan mengusir orang tersebut untuk mencari orang yang dahulu pernah ia pamerkan ibadahnya untuk meminta imbalan dari orang tersebut. Di dalam sebuah hadits disebutkan :
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya : “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab : “Yaitu Riya’. Allah 'azza wajalla berfirman pada hari kiamat ketika orang-orang dibalas dengan amalan-amalan mereka : “Pergilah kalian pada orang yang kalian pamerkan ketika di dunia, dan lihatlah apakah kalian menjumpai balasan dari mereka.”
[HR. Ahmad]
Oleh karena itu jama’ah rahimakumullah, marilah kita ikhlaskan setiap ketaatan yang kita lakukan. Niatkan setiap ketaatan yang kita lakukan adalah untuk mencari Ridho Allah subhanahu wata'ala. Jangan sampai ibadah yang telah kita lakukan dengan susah payah tidak diterima oleh Allah 'azza wajalla gara-gara kita berharap kepada selain Allah ta’ala.
Mudah-mudahan ceramah singkat tentang ikhlas yang telah penceramah sampaikan ini bisa kita amalkan. Dan mudah-mudahan Allah jadikan hati kita senantiasa ikhlas dalam beribadah. Dan mudah-mudahan Allah lindungi kita dari riya’ dan sum’ah yang dapat merusak amalan kita. Amiin.
Demikianlah ceramah pendek tentang ikhlas yang dapat penceramah sampaikan. Kurang lebihnya saya selaku penceramaah memohon maaf. Akhiru kalam…
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ