Siapakah diantara kaum muslimin yang tidak kenal istilah takwa? Sering kali dalam khutbah seorang khatib selalu mewasiatkan untuk takwa kepada Allah. Sebenarnya, apa itu takwa??
A. Pengertian Takwa Secara Bahasa dan Istilah
Definisi takwa secara bahasa menurut kamus mu’jam al wasith adalah al khasyah dan al khauf yang artinya takut dan khawatir. Sedangkan secara istilah takwa yang akan kita bahas kali ini ialah takwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah takut kepada kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Baca Juga 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan
B. Ciri-ciri Orang Bertakwa
Al-Quran telah banyak sekali menyebutkan dan membicarakan tentang siapa dan bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa. Berikut ini akan kami jelaskan ciri mereka yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 1 – 5
1. Pedomannya Adalah Al-Quran
Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang apabila kita membacanya maka bernilai pahala. Ia merupakan pedoman utama bagi seluruh kaum muslimin. Di dalam kitab ini terdapat firman-firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Semua ayat dalam Al-Quran adalah mutlak kebenarannya dan tidak ada kesalahan satupun.
Maka dari itu, termasuk ciri seorang muslim yang bertakwa ialah apabila ia menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk baginya. Allah berfirman :
الۤمّۤ ۚ ١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢
Alif Lām Mīm.[1] Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
[QS. Al-Baqarah ayat 1 - 2]
Al-Muttaqin yang di maksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang khawatir akan hukuman dari Allah jika meninggalkan perintah dari-Nya dan senantiasa berharap pada rahmat Allah karena mengakui kebenaran segala apapun yang datang dari-Nya. Seperti apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas berikut ini yang termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut:
الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنَ اللَّهِ عُقُوبَتَهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الْهُدَى، وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَّصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ
Ialah orang-orang yang takut akan hukuman dari Allah karena meninggalkan petunjuk yang mereka ketahui, dan mengharapkan rahmat-Nya karena mengakui kebenaran apapun yang datang dari-Nya.
[Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah ayat 2]
2. Beriman dengan Hal Ghaib
Ciri-ciri kedua orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Disebutkan dalam firman Allah
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ
(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib
[QS. Al-Baqarah ayat 3]
Iman secara bahasa adalah membenarkan (Tashdiq) dan mengakui (Iqrar), sedangkan ghaib berarti tidak terlihat. Adapun yang dimaksud beriman kepada yang ghaib pada ayat tersebut adalah beriman kepada segala hal yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, hari kiamat, dan lain sebagainya. Disebutkan dalam kitab tafsir :
آمَنُوْا بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ وَلِقَائِهِ، وَآمَنُوا بِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ. فَهَذَا كُلُّهُ غَيْبٌ
Mereka beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat, surga-Nya, neraka-Nya, bertemu dengan-Nya, dan beriman dengan kehidupan setelah kematian, yang mana itu semua merupakan perkara yang ghaib.
[Tafsir Ath-Thabari QS. Al-Baqarah ayat 3]
Beriman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Allah itu Dzat yang Maha Wujud, Maha Esa baik itu dari segi uluhiyyah, rububiyyah, maupun asma’ wa sifat-Nya. Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beriman kepada segala hal yang berasal dari-Nya, baik itu hal yang tampak maupun tidak tampak atau ghaib.
Maka dari itu, yang dikatakan orang yang beriman adalah orang yang beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh Allah ta'ala dalam Al Quran melalui lisan Rasul-Nya seperti adanya malaikat, para utusan terdahulu, hari kiamat, surga, neraka, kehidupan setelah mati dan lain sebagainya.
Apabila ia hanya beriman pada Allah namun tidak beriman kepada apa yang datang dari-Nya maka ia tidak dikatakan beriman kepada Allah. Karena ia telah menafikan konsekuensi dari iman kepada Allah itu sendiri.
3. Mendirikan Shalat
Adapun ciri-ciri orang bertaqwa yang ketiga adalah bahwa ia senantiasa mendirikan sholat. Allah berfirman :
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
menegakkan salat
[QS. Al-Baqarah ayat 3]
Apabila kita memperhatikan firman Allah tentang perintah sholat maka kita akan mendapati kata "sholat" selalu didahului dan disandingkan dengan lafal : aqiimuu (arab : اَقِيْمُوا) atau yuqiimuuna (arab : يُقِيْمُوْنَ), dan sejenisnya yang artinya adalah “mendirikan” atau "menegakkan".
Jarang sekali bahkan mungkin tidak kita jumpai lafadz yang mengandung arti perintah sholat dalam Al-Quran langsung berbentuk fi'il amr, seperti : sholluu atau sholli, kecuali dalam shurat Al-Kautsar dimana makna perintah sholat yang dimaksud bukanlah sholat lima waktu yang diwajibkan, akan tetapi bermakna sholat idul adha.
Maka dari itu, firman Allah yang berkaitan dengan sholat menunjukkan bahwa sholat itu bukan hanya sekedar dikerjakan. Akan tetapi sholat itu harus didirikan atau ditegakkan (Iqoomussholah). Apa yang dimaksud dengan menegakkan sholat? Ibnu Abbas mengatakan :
إِقَامَةُ الصَّلَاةِ: تَمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ وَالْإِقْبَالِ عَلَيْهَا فِيهَا
Menegakkan shalat adalah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, khusyuk, dan menghadirkannya di dalam shalat.
[Tafsir Ath-Thabari QS. Al-Baqarah ayat 3]
Telah jelas perkataan Ibnu Abbas tersebut bahwa mendirikan shalat itu berbeda dengan sekedar mengerjakannya. Mendirikan sholat itu mencangkup setiap kesempurnaan seseorang ketika melaksanakannya.
Oleh karena itu, termasuk ciri orang-orang yang bertakwa ialah seorang yang berusaha untuk sempurna tatkala melaksanakan shalatnya. Baik itu ketika berdiri, rukuk, sujud maupun kekhusyukannya.
Ketika rukuk, mereka benar-benar berusaha menjadikan rukuknya sesempurna mungkin sebagaimana apa yang diajarkan oleh Rasulullah
Ketika sujud, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha agar seluruh anggota badan mereka bersujud kepada Allah dengan sempurna.
Bacaan ayat Al-Quran, doa-doa, dan pujian-pujian yang mereka ucapkan dalam shalat juga diucapkan dengan benar disertai penghayatan yang mendalam terhadap apa yang mereka ucapkan.
Pikiran dan hati mereka senantiasa fokus, khusyuk dan tidak teralihkan terhadap hal-hal lain diluar sholat. Ketika syaitan membisikkan waswas ke dalam hatinya maka mereka berusaha melawan dan menolaknya agar kembali pada kekhusyukannya.
Itulah ciri orang bertakwa yang sesungguhnya ketika melaksanakan shalatnya.
Baca Juga : Ciri Orang Munafik dalam Al Quran yang Kekal di Neraka
4. Menginfakkan Sebagian Rezeki
Ciri orang yang taqwa selanjutnya adalah menginfaqkan sebagian rezeki yang mereka miliki. Allah berfirman :
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
[QS. Al-Baqarah ayat 3]
Sesungguhnya hakikat rezeki adalah pemberian dari Allah. Termasuk diantara ciri orang-orang yang bertakwa yaitu mereka akan senantiasa menginfakkan rezeki yang mereka miliki karena mereka mengetahui bahwa hakikatnya harta itu bukan miliknya. Mereka meninfaqkan sebagian rezekinya semata-mata hanya karena ingin mengharap kedekatan diri kepada Allah
Di zaman Rasulullah tatkala ayat ini diturunkan, belum disebutkan ketentuan jumlah harta yang harus infaqkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Sehingga ayat ini difahami para sahabat bahwa yang dimaksud ayat ini adalah menginfaqkan harta kepada keluarganya. Mereka para sahabat yang memiliki ketakwaan yang tinggi tentu akan berlomba-lomba untuk memperbanyak infak dari rezeki yang mereka peroleh bahkan sampai hampir menghabiskannya. Lalu setelah surat At-Taubah ayat 60 turun maka mulailah ada kewajiban zakat dengan ketentuan jumlah harta yang ditetapkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan.
Namun, menurut Ibnu Jarir Ath-Thobari ayat ini bermakna umum yaitu bisa nafkah dan juga zakat. Maka dari itu, berdasarkan ayat ini dapat kita ambil pengertian bahwa orang-orang yang bertakwa memiliki ciri khas yaitu selalu menginfaqkan atau menafkahkan hartanya kepada yang berhak mendapatkan nafkahnya; seperti keluarga, anak-anak, orang tua, istri dan lain sebagainya. Ia juga senantiasa mendatangkan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan hartanya baik itu zakat maupun nafkah.
5. Beriman kepada Kitab-kitab Allah
Ciri berikutnya dari orang yang bertakwa adalah ia beriman kepada kitab-kitabnya Allah. Allah berfirman :
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ
dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau
[QS. Al-Baqarah ayat 4]
Manusia adalah makhluk lemah yang tidak mengetahui kebenaran tanpa ada yang menunjukkannya. Maka dari itu agar mereka mengetahui kebenaran, Allah mengutus diantara para hamba-Nya untuk menjadi seorang Rasul. Mereka diutus oleh Allah dengan membawa kitab yang berisi kebenaran dari Allah. Diantara kitab yang telah diturunkan oleh Allah ialah Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud , Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa , dan Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad .
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada semua kitab tersebut dan mengakui kebenar pada kitab-kitab tersebut bahwa datangnya adalah benar dari Allah . Orang yang bertakwa tidak membeda-bedakan semua kitab tersebut dan tidak pula membanding-bandingkannya, karena turunnya adalah benar-benar dari Allah . Ibnu Abbas mengatakan :
يُصَدِّقُونَكَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَمَا جَاءَ بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ وَلَا يَجْحَدُونَ مَا جَاءُوهُمْ بِهِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِمْ
Mereka membenarkanmu (Muhammad) dengan kitab yang engkau bawa dari Allah azza wa jalla, dan kitab yang dibawa oleh para utusan sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan diantara mereka, dan mereka tidak membantah kitab dari sisi Tuhan mereka yang datang kepada mereka.
[Tafsir Ath-Thobari QS. Al-Baqarah ayat 4]
Lalu mengapa saat ini ada yang memperdebatkan antara kitab Al-Quran dengan kitab yang lainnya?
Jawabannya adalah : karena kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini bukan berasal dari Allah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para ahli kitab banyak yang merubah-rubah isi kitab Allah. Maka dari itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang membanding-bandingkan kitab Al-Quran dengan kitab Allah yang lain. Karena yang sedang mereka bandingkan adalah kitab Al-Quran dengan kitab palsu yang mereka klaim berasal dari Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut terjaga keontentikannya sampai saat ini. Banyak diantara orang-orang fasik yang sengaja mengubah dan menghilangkan sebagian dari isi kitab tersebut. Sehingga kitab-kitab yang dijumpai saat ini tidak bisa kita katakan 100% berasal dari Allah karena ada campur tangan manusia di dalamnya.
Adapun kitab yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya dan tidak ada satu hurufpun yang dirubah oleh manusia dan murni keasliannya dari Allah adalah kitab Al-Quran Al-Karim.
6. Meyakini Keberadaan Akhirat
Ciri yang keenam dari orang yang bertakwa adalah meyakini akan keberadaan adanya akhirat. Allah berfirman :
وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
dan mereka yakin akan adanya akhirat.
[QS. Al-Baqarah ayat 4]
Akhirat adalah hari dimana seluruh manusia dikumpulkan untuk diberikan keadilannya. Semua hak anak Adam yang tidak diselesaikan di dunia akan diselesaikan di akhirat. Setiap orang yang dzalim akan rugi karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang didzalimi. Setelah semua tuntutan sesama anak Adam selesai maka amalan mereka akan ditimbang oleh Allah. Barang siapa yang amalan baiknya lebih berat dari pada amalan buruknya maka surgalah tempatnya. Dan barang siapa yang amalan jeleknya lebih berat dari pada amalan baiknya maka nerakalah tempatnya.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman terhadap kabar akan adanya akhirat. Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa akhirat itu benar-benar ada sebagaimana mereka meyakini bahwa diri mereka itu ada. Ibnu Abbas mengatakan :
بِالْبَعْثِ وَالْقِيَامَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، أَيْ لَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا كَانَ قَبْلَكَ وَيَكْفُرُونَ بِمَا جَاءَكَ مِنْ رَبِّكَ
(mereka yakin) dengan kebangkitan, kiamat, surga, neraka, perhitungan amal, timbangan amal. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman pada apa yang ada sebelummu (Muhammad) akan tetapi tidak mau beriman dengan apa yang datang kepada engkau dari tuhanmu.
[Tafsir Ath-Thobari QS. Al-Baqarah ayat 4]
Ringkasan
- Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya.
- Al-Quran adalah petunjuk. Namun akan benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
- Orang yang bertakwa meyakini bahwa hal yang ghaib itu ada walaupun mereka tidak pernah melihatnya.
- Orang yang bertakwa senantiasa berusaha menyempurnakan dan menegakkan shalatnya.
- Rizki yang pada hakikatnya adalah pemberian dari Allah akan selalu dinafkahkan sebagiannya karena mencari ridha dari Allah.
- Orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani seluruh apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan apa yang diturunkan kepada rasul-rasul alaihis salam sebelum Nabi Muhammad .
- Orang yang bertakwa sangatlah yakin dengan keberadaan hari akhir.