Wanita memiliki kedudukan yang mulia di dalam agama Islam. Semua itu terbukti dari syariat-syariat Islam yang mengatur mereka dalam kehidupan. Wanita diperintahkan untuk menutup auratnya agar tidak sembarang orang melihat semaunya. Mereka juga diperintahkan untuk lebih banyak di rumah dari pada keluar. Semua itu bukan karena mereka diintimidasi oleh syariat, melainkan mereka dimuliakan sebagaimana permata yang tersimpan di tempat yang terjaga.
Menikahi wanita adalah salah satu wujud penghormatan seorang lelaki kepada wanita. Dengan menikah, maka ia telah diberikan jaminan berupa nafkah oleh suaminya. Baik itu nafkah yang lahir maupun batin. Tatkala seorang wanita sudah dinikahi oleh seorang lelaki maka statusnya sudah menjadi seorang Istri. Seorang Istri dituntut untuk menunaikkan kewajibannya serta mendatangkan hak-haknya suami.
Sayangnya, apabila kita melihat fakta lapangan justru banyak sekali istri-istri yang tidak menjalankan kewajiban dan haknya suami. Parahnya istilah “suami takut istri” justru dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal istilah tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka terhadap agama yang mengatur segala aspek kehidupan.
Berikut ini sedikit nasehat bijak untuk istri agar dengan nasehat ini Allah berikan hidayah kepada dirinya.
Jadikan Suami Sebagai Pemimpin
Aneh bin aneh adalah ketika istri menyuruh-nyuruh suaminya layaknya seorang pembantu. Padahal kedudukan suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Q.S An-Nisa’ : 34)
Ayat tersebut telah jelas menunjukkan bahwa suami adalah pemimpin bagi istri-istrinya. Bahkan disitu Allah memberikan hak kepada suami untuk memukul istrinya apabila sang istri sudah benar-benar keterlaluan melanggar ketentuan Allah, seperti berzina misalnya.
Istri tidak selayaknya untuk menukar kedudukan suami sebagai pemimpin. Seorang istri boleh meminta tolong kepada suaminya, akan tetapi seorang istri tidak boleh menyuruh suami layaknya seorang pembantu.
Secara tersirat ayat ini memberikan nasehat yang mulia kepada seorang istri bahwa selayaknya ia menjadikan suaminya sebagai pemimpin, penuntun, pembimbing, peramut, pelindung, pengayom, dan tempat meminta kasih sayang. Apabila seorang istri sudah bisa menjadikan suaminya seperti itu maka sungguh ia telah benar-benar menjadi seorang wanita yang shalihah.
Selain itu, ayat tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya kedudukan dan hak seorang suami. Karena besarnya hak suami Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallampun bersabda :
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seorang yang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya”
(HR. Tirmidzi : 1159)
Tiga Nasehat Nabi Untuk Istri dan Wanita
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya : “Manakah wanita yang terbaik?” Beliau menjawab : “Yaitu wanita yang menyenangkan ketika dipandang suaminya, taat ketika diperintah suaminya, dan tidak menyelisihi suami yang berkaitan tentang dirinya dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.”
(HR. Nasaiy : 3231)
Nasehat Pertama : Menyenangkan Ketika Dipandang
Perhiasan dunia yang paling indah bagi lelaki adalah istri yang shalihah. Tetapi ia akan menjadi pemandangan yang paling buruk ketika suami tidak merasa senang saat memandangnya. Itulah mengapa wanita yang terbaik adalah istri yang menyejukkan ketika di pandang oleh suaminya.
Sayangnya, kenyataan justru malah sebaliknya. Istri zaman sekarang lebih banyak enak dipandang ketika dilihat lelaki lain. Ia bersolek agar dianggap cantik oleh lelaki selain suaminya.
Akan tetapi ketika di rumah justru penampilannya bagaikan kapal yang hancur karena diombang-ambing oleh ombak. Suaminya yang seharusnya berhak menikmati keindahan dan kecantikan istrinya, malah dirampas oleh lelaki lain.
Tanpa rasa malu, bahkan dengan sengaja ia menyerahkan kecantikannya untuk lelaki selain suaminya. Selain itu, saat ini juga banyak dijumpai diantara para istri yang bersolek, berswafoto, dan memamerkan swafoto terbaiknya di media sosial.
Tanpa sadar ia telah memberikan kecantikannya kepada orang yang tidak berhak menikmatinya. Itulah mengapa wanita seperti itu disebut seburuk-buruknya istri. Naudzubillahi min dzalik.
Adapun nasehat untuk engkau para istri disini adalah hendaknya engkau hentikan perilaku kejimu itu, dimana engkau berikan kecantikanmu kepada orang yang tidak berhak menikmatinya.
Alihkanlah kecantikan rupa, keindahan tubuhmu, kemuliaan akhlakmu hanya untuk sang suami tercinta. Tunjukkanlah betapa besarnya rasa cintamu pada suami sebagaimana cintanya sayyidah Khodijah radhiyallahu 'anha kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Apabila engkau mengamalkan nasehat ini, maka demi Allah suamimu akan semakin mencintaimu dan (Insya Allah) enggan untuk berpoligami.
Nasehat Kedua : Taat Ketika Diperintah
Ibarat pasukan perang yang dipimpin oleh seorang panglima, maka panglima itulah yang memiliki hak untuk memberikan perintah dan mengambil keputusan. Sementara tugas prajurit hanyalah mentaati apa yang diperintahkan oleh panglimanya. Bahkan apapun yang diperintahkan oleh panglima maka hendaknya ditaati walaupun harus mengorbankan nyawa.
Begitulah kedudukan suami dalam rumah tangga. Ia merupakan sosok pemimpin yang wajib ditaati oleh seorang istri. Apapun perintahnya, selama tidak keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka sang istri wajib mentaati perintahnya.
Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berpesan, ketika suami meminta seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya maka sang istri DIWAJIBKAN melayaninya walaupun sedang dalam keadaan sibuk dan tidak ada udzur.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّورِ
“Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi hasratnya maka hendaknya ia mendatanginya, walaupun ia sedang berada di dapur.”
(HR. Tirmidzi : 1160)
Maka nasehat bagi engkau para istri disini adalah hendaknya engkau taati perintah suamimu. Apabila engkau mentaati suamimu, maka Allah memberikan bonus berupa surga kelak di hari kiamat.
Perhatikanlah hadits Nabi di bawah ini:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika seorang wanita sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga farjinya, dan taat kepada suaminya, maka ia akan dikatakan (dihari kiamat) : “Masuklah ke dalam surga dari manapun pintu yang engkau mau.”
(HR. Ahmad : 1661)
Nasehat Ketiga : Tidak Menyelisihi Suami
Inilah pesan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang begitu indah. Karena kemuliaan seorang suami, sang istri dituntut untuk tidak menyelisihi suaminya dalam diri dan hartanya. Maka seorang istri hendaknya menyesuaikan dirinya dengan apa yang disenangi oleh suaminya.
Namun, kebanyakan wanita saat ini merasa lebih tinggi derajatnya dari pada lelaki. Banyak diantara para wanita justru menyelisihi apa yang disenangi oleh suaminya. Sehingga egoisme ini menimbulkan istilah baru, yakni wanita selalu benar dan lelaki selalu salah. Parahnya istilah ini malah menjadi istilah yang lazim dan normal di kalangan kita. Padahal istilah ini adalah istilah yang berbahaya karena ia menyelisihi pesan Nabi kepada wanita.
Istilah tersebut seakan-akan memberikan persepsi bahwa istri bisa semaunya sendiri sesuai keinginannya, sedangkan suami harus mengikuti apa yang disenangi oleh istrinya. Mereka berani menyelisihi apa yang disenangi oleh suami dan tidak memperdulikan bahwa yang mereka perbuat adalah perbuatan yang dibenci oleh suami.
Maka adapun nasehat yang indah untuk engkau para wanita adalah hendaknya engkau tidak menylisihi suami baik apa yang ada di dalam dirimu dan hartamu.
Apabila suami menyukai dirimu memakai pakaian tertentu maka pakailah pakaian itu walaupun engkau tidak begitu menyukainya.
Apabila suamimu lebih menyukai makanan tertentu dan memerintahkan dirimu untuk memasaknya maka penuhilah keinginannya walaupun engkau memiliki selera makanan yang lain.
Demikianlah sedikit nasehat untuk istri dari Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang kami paparkan. Semoga dengan nasehat ini Allah memberikan kesadaran untuk wanita muslimah yang membacanya. Dan semoga nasehat ini menjadi inspirasi bagi lelaki muslim yang ingin menasehati istrinya. Amiin.